Selasa, 03 Februari 2009

RENDAH HATI, LEMAH LEMBUT DAN SABAR
(Efesus 4 : 2)
"Hendaklah kamu senantiasa rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4 : 2)

Surat kepada jemaat Efesus ini ditulis Paulus saat dia dipenjara oleh Pemerintah Romawi di Roma karena dinilai telah menyebarkan ajaran sesat yang dapat menentang Pemerintahan Romawi. Saat itu Paulus merasakan suatu keadaan yang sangat menguji keimanannya. Paulus diuji dalam suatu kondisi yang jika dipandang dari sudut duniawi sungguh tidak pantas diterimanya. Paulus yang dengan keterbatasannya selama ini menentang segala rintangan yang ada untuk memberitakan Firman Tuhan kini harus mendekam di penjara. Umumnya kita manusia jika mengalami hal seperti ini pasti serta merta protes kepada Tuhan. "Tuhan, kenapa susah payahku selama ini memberitakan Firman-Mu harus berakhir di tempat yang hina seperti ini. Apakah tidak ada balasan yang baik yang Kau berikan pada hamba-Mu ini ?" .
Namun Paulus menyadari sepenuhnya arti panggilan terhadap dirinya. Saat itu dia segera merendahkan hatinya. Sama halnya seperti yang dilakukan Ayub ketika Tuhan mencobainya. Merendahkan hati kepada Tuhan dan menerima segala cobaan-Nya sambil memohon agar selalu diberi kekuatan dalam menghadapi cobaan tersebut. Paulus menyadari sepenuhnya bahwa sebelumnya dia juga tidak mempunyai arti apa-apa. Namun Tuhan telah memberi kesempatan kepadanya untuk dapat mempunyai arti. Mempunyai arti bagi Tuhan dengan memberitakan Firman-Nya kepada jemaat-jemaat yang membutuhkan. Dia bersyukur atas segala kesempatan yang telah diberikan Tuhan selama ini kepada dirinya. Dan walau kini dia dipenjara karena semuanya itu, dia tidak marah kepada Tuhan.
Kerendahan hati Paulus tersebut membuatnya lemah lembut dalam menghadapi keadaan tersebut. Dia tidak membalas perbuatan Pemerintah Romawi tersebut dengan melakukan protes ataupun perbuatan keras lainnya. Namun semua itu membuatnya menjadi lemah lembut kepada para pegawai penjara sehingga dia pun mendapatkan perlakuan yang sangat baik, tidak sama seperti tahanan lainnya. Kerendahan hati dan kelemah lembutannya membuat dia sabar menghadapi semua cobaan yang dialaminya tersebut. Kesemua sikap tersebut menunjukkan kasih yang teramat dalam yang ada dalam hati Paulus.
Rendah hati, lemah lembut dan sabar, tiga sifat yang diinginkan Paulus dalam suratnya tersebut. Namun jika kita menilik kondisi kehidupan manusia saat ini maka ketiga sifat tersebut sangat susah ditemui. Sifat yang pertama adalah rendah hati. Rendah hati adalah sifat yang sangat sulit dimiliki manusia. Malah sebaliknya, manusia sering menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain, tidak mau dianggap lebih rendah dari orang lain. Padahal dengan rendah hati maka manusia memperoleh banyak berkat. Orang yang rendah hati akan menjadi pewaris atas kesejahteraan yang berlimpah-limpah (Mazmur 37 : 11). Orang yang rendah hati akan dikasihani Allah (Yakobus 4 : 6).
Sifat kedua adalah lemah lembut. Lemah lembut akan membawa berkat, bahkan bumipun dapat dimiliki (Matius 5:5). Sifat lemah lembut juga dapat merubah sifat seseorang sehingga bertobat dan mengenal kebenaran. Dari orang yang tegar tengkuk dan keras kepala menjadi orang bijak, tahu yang baik dan yang benar, sehingga dapat mengetaui, menyuarakan dan melakukan kebenaran firman Tuhan. (2 Timotius 2 : 25)
Sifat ketiga adalah sabar. Dalam Injil Lukas Tuhan Yesus mengajarkan umat-Nya untuk menjadi orang yang sabar dan penuh dengan kasih (Lukas 6:27-36). Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik bagi yang membenci kamu. Jika pipimu yang satu ditampar, berikanlah juga pipimu yang lainnya. Semuanya itu mengandung pengertian bahwa kita jangan membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi balaslah kejahatan dengan kebaikan. Balaslah amarah dengan kesabaran. Kesabaran akan memadamkan perbantahan, namun amarah akan membangkitkan pertengkaran (Amsal 15:18). Dan dalam pendahuluan diatas telah kita ketahui bagaimana kesabaran Rasul Paulus menghadapi pencobaan yang dihadapinya. Dan kesabaran yang penuh kasih itulah yang akhirnya membebaskan Paulus dari terali besi penjara Romawi.
Ketiga sifat diatas, rendah hati, lemah lembut dan sabar, pada akhirnya akan bermuara ke satu kata yaitu "kasih". Rendah hati, lemah lembut dan sabar tidak akan ada jika tidak ada kasih. Kasih lah yang mendasari semua perbuatan baik. Jika tidak ada kasih maka sia-sialah semua perbuatan baik kita, sama sekali tidak berguna (I Korintus 13 : 1-3). Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih juga tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Kasih menutupi dan menanggung segala sesuatu, dan kasih tidak berkesudahan (I Korintus 13:4-8). Dari ketiga hal utama yaitu iman, pengharapan dan kasih, maka yang paling besar diantaranya ialah kasih (I Korintus 13:13). Maka sia-sialah imanmu, sia-sialah pengharapanmu jika tidak ada kasih di dalam hatimu.
Lalu bagaimana kita mengaplikasikan kasih itu dalam kehidupan kita ? Sering dan banyak orang mengumandangkan kata "kasih". Dari yang tua hingga yang muda, pria ataupun wanita, dari pejabat hingga rakyat jelata, dari pendeta hingga jemaat biasa. Namun sedikit yang mengumandangkan "kasih" dalam perbuatan hidupnya. Dalam ajaran Kristen ada empat istilah kasih, yaitu : Agape (kasih cinta suci Allah, tidak terdapat unsur menuntut balas/upah), Eros (kasih suami-istri), Storge (kasih hubungan darah) dan Philia (kasih persahabatan). Dari keempat istilah kasih tersebut yang paling utama adalah kasih agape. Ketiga istilah kasih lainnya (eros, storge dan philia) terjadi karena kondisi yang telah terbentuk sebelumnya dan diungkapkan hanya kepada pasangan ataupun keluarga saja, tidak kepada orang lain. Namun kasih yang diharapkan Tuhan adalah kita mengasihi seluruh umat manusia tanpa terkecuali.
Ada tiga fenomena dari manifestasi kasih yang sering tampak dalam kehidupan manusia yaitu:
Kasih murni
Adalah kasih yang murni diberikan tanpa ada memandang orang dan tanpa menuntut balas, itulah Kasih Agape, kasih dari Tuhan yang tidak menuntut balas. Kasih ini diberikan tidak hanya dalam lingkungan keluarga ataupun orang yang dikasihi saja namun juga kepada orang lain bahkan juga musuh. Seperti Tuhan mengasihi semua umat-Nya maka kita juga harus mengasihi semua umat Tuhan. Ingat hukum yang utama dan yang terutama : Kasihilah Tuhan Allahmu dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tokoh yang mungkin bisa kita contoh sebagai tokoh kemanusiaan yang memberikan kasih murni tersebut adalah Bunda Theresa.
Kasih semu
Adalah kasih yang diberikan tidak murni namun hanya didasari oleh kondisi dan maksud tertentu saja. Yang dimaksud kondisi tertentu bisa berupa hubungan suami-istri, keluarga, sahabat, rekan kerja. Maksud tertentu bisa karena ikatan bisnis dan kepentingan yang menguntungkan salah-satu atau kedua belah pihak. Kasih jelas sekali tampak saat masa kampanye pejabat ataupun wakil rakyat. Pada saat kampanye mereka kelihatan sangat memperhatikan orang lain, sering memberi bantuan sosial. Namun setelah mereka menduduki jabatannya mereka sering melupakan orang-orang yang telah membantunya.
Tidak ada kasih.
Tidak ada kasih, mungkin itu yang paling sering tampak dalam kehidupan manusia. Kejahatan dan penistaan umat manusia sering sekali kita saksikan, baik secara langsung maupun melalui media televisi maupun surat kabat/majalah. Pembunuhan, penganiayaan, perampokan, pemerkosaan, penipuan sering menjadi tajuk utama berita televisi maupun surat kabar/majalah. Tidak hanya dari kalangan rakyat kecil tapi kalangan pejabat dan masyarakat golongan elit pun tidak sedikit yang mendiami penjara karena kejahatan yang dilakukannya. Yang lemah semakin ditindas, yang miskin semakin dizalimi, yang bodoh semakin diperbudak. Ketidakadilan dan kesewenang-wenangan semakin merajalela dalam kehidupan manusia saat ini.
Berbicara mengenai ketidakadilan umat Kristen di Indonesia sering sekali menghadapi persoalan yang sangat menyedihkan. Masih ingat persoalan penutupan gereja HKBP Binjai Baru sekitar bulan April 2008 lalu ? Jemaat Kristen di Gereja HKBP Binjai Baru terancam tidak dapat mengikuti kebaktian karena gereja yang sedang mereka bangun mendadak hendak dibongkar oleh Pemko Binjai. Rencana pembongkaran berawal dari permintaan puluhan ibu-ibu yang mengaku dari umat beragama lain yang terletak di sekitar gereja tersebut. Permintaan tersebut langsung dengan sigap ditanggapi oleh Pemko Binjai dengan membawa kendaraan berat untuk membongkar gereja tersebut. Namun umat Tuhan yang setia ternyata telah menunggu di depan gereja untuk menghalangi niat Pemko Binjai tersebut yang akhirnya mengurungkan niat mereka.
Lalu siapakah yang salah dalam persoalan ini ? Belum jelas diketahui letak permasalahannya. Namun informasi yang jelas adalah bahwa ijin pembangunan gereja tersebut masih belum dikeluarkan oleh Pemko Binjai. Entah alasan apa yang membuat mereka tidak/belum mengeluarkan ijin tersebut padahal rencana pembangunan gereja tersebut sudah mentaati Perber (Peraturan Bersama) Mendagri dan Menteri Agama tentang persyaratan mendirikan rumah ibadah dan juga telah mendapat izin dari FKUB setempat. Rasanya tidak ada alasan bagi Pemko Binjai untuk menolak perijinan pembangunan gereja tersebut. Penundaan ijin pembangunan gereja hanya akan menimbulkan persepsi adanya unsur-unsur tertentu diluar peraturan yang ada. Hal tersebut hanya akan menimbulkan pendapat bahwa masih ada diskriminasi warga negara dalam menjalankan ibadahnya.
Lalu bagaimana sikap kita sebagai umat Kristen menyikapi permasalahan tersebut? Seperti penjelasan diatas maka kita haruslah menerapkan azas kasih dalam menyikapinya. Kita harus rendah hati, tunjukkanlah kepada umat beragama lainnya bahwa umat Kristen dalam setiap persoalan haruslah bersikap rendah hati. Dengan bersikap rendah hati maka secara tidak langsung kita akan menunjukkan kepada umat beragama lainnya siapakah yang tinggi hati. Kita juga harus bersikap lemah lembut, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Balaslah kejahatan dengan kebaikan. Doakan agar mereka sadar akan kekeliruan yang telah mereka lakukan. Sadar bahwa yang mereka zalimi adalah juga umat Tuhan yang sama-sama menyembah Tuhan yang sama. Jika mereka menyakiti umat Tuhan lainnya maka secara tidak langsung mereka juga akan menyakiti umatnya sendiri. Bersikap lemah lembutlah pada semua orang, itulah yang ingin kita ajarkan kepada umat beragama lainnya. Kelemahlembutan tersebut harus diikuti dengan kesabaran. Sabar berarti kita tidak terpancing emosi dalam menerima kesewenangan yang kita alami. Kita harus menyikapinya dengan sabar yang berlandaskan kasih. Emosi hanya akan membuat permasalahan menjadi lebih besar dan pada akhirnya akan menimbulkan konflik yang tidak baik bagi kerukunan umat beragama. Ketiga sifat tersebut kita tunjukkan dalam bentuk kasih dalam hal saling membantu. Siapakah yang perlu kita bantu ? Semua orang harus kita bantu namun yang terutama adalah saudara seiman kita. Aksi damai yang telah ditunjukkan umat HKBP dan simpatisan lainnya dalam menyikapi permasalahan tersebut sudah sangat tepat. Aksi damai akan membuat kerukunan umat beragama tetap terjaga baik. Seperti halnya Paulus yang menyikapi pencobaan yang dihadapinya dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar yang akhirnya membawa kemenangan padanya. Maka kita juga harus yakin bahwa persoalan HKBP Binjai Baru jika kita bawa dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar maka akan membawa kemenangan bagi umat Kristen.
Namun diatas itu semua permasalahan inti harus tetap diselesaikan yaitu mengurus perijinan pembangunan gereja tersebut. Pihak Pemko Binjai juga harus bersikap terbuka dan proaktif dalam menyikapi permasalahan tersebut. Tunjukkanlah bahwa tidak terjadi diskriminasi dalam kebebasan beragama di Indonesia khususnya di kota Binjai. Apalagi Walikota Binjai Bapak Ali Umri SH, MKn adalah Ketua DPP Golkar Sumatera Utara, salah satu partai terbesar di Indonesia, harus menunjukkan bahwa Golkar tidak mengenal diskriminasi umat beragama. Bahkan dalam beberapa kampanyenya menjelas Pilgubsu beberap waktu lalu Bapak Ali Umri mengatakan sangat mendukung kerukunan umat beragama yang ada di Sumatera Utara. Buktikan bahwa kampanye tersebut bukanlah kasih semu, yang hanya ditunjukkan untuk kepentingan tertentu. Jika kepentingan tersebut sudah berlalu maka berlalu pulalah janji-janji tersebut. Hal tersebut akan menunjukkan manusia seperti apakah kita. Apakah hanya manusia pengumbar janji semata? Atau manusia yang penuh kasih murni.
Hidup memang penuh dengan dosa dan kejahatan dan Tuhan memang telah mengingatkan kita akan hal tersebut. Namun Tuhan juga mengatakan bahwa kita umat-Nya juga telah dikaruniai-Nya dengan kasih melalui Anak-Nya Yang Tunggal Yesus Kristus. Penderitaan yang dialami Yesus Kristus dari mulai kelahiran hingga kematian-Nya kiranya dapat kita manifestasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dia tidak membalas musuh-musuh-Nya dengan kejahatan. Saat disalib Dia malah berujar "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Kasihilah musuhmu dan lakukanlah yang baik untuk semua orang. Itulah yang membedakan kita sebagai Umat Kristen dibanding dengan umat beragama lainnya. Kiranya Tuhan memberkati kita dalam pelayanan hidup kita sehari-hari. Amin.
Nama : Levi (081265104389, 6620713)
Gereja: GKPA Medan Timur, Jl.Pelita II No.56 Medan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar