"BERKORBAN HIDUP DEMI KESELAMATAN SESAMA"
(II Korintus 12 : 11 – 15)
Kitab Korintus yang kedua ini ditulis oleh Rasul Paulus dan merupakan suratnya yang kedua kepada jemaat Tuhan di kota Korintus. Paulus menganggap jemaat Korintus perlu mendapatkan perhatian ekstra sehingga Paulus perlu sampai dua kali untuk menuliskan surat kepada mereka.
Mengapa ? Seberapa pentingkah mereka ? Atau seberapa pentingkah kota Korintus ?
Korintus adalah kota yang sangat penting di Yunani pada saat itu. Letaknya sangat strategis di persimpangan jalan perdagangan di kawasan Laut Tengah. Laut Tengah merupakan penghubung antara 3 benua besar, Eropa, Asia dan Afrika dan merupakan kawasan perdagangan terbesar di dunia. Dan kota Korintus merupakan salah satu kota pelabuhan terbesar di Laut Tengah yang merupakan tempat persinggahan yang sangat ramai. Penduduknya hidup dari berdagang dan sangat makmur. Namun bukan kemakmuran itu yang menjadi alasan utama Paulus melayani jemaat Korintus. Alasan utamanya adalah karena jemaat Korintus masih mudah terpecah dan terpedaya dengan ajaran-ajaran lain yang tidak benar. Mereka sangat mudah mempercayai apa yang mereka lihat dan dengar tanpa pikir-pikir dengan matang. Itulah yang membuat jemaat Korintus sering mendapat masalah dan itu yang membuat Paulus memperhatikan mereka.
Paulus tidak ingin jemaat Korintus terpedaya ajaran-ajaran dari rasul-rasul palsu yang mengaku rasul Kristus yang berupaya mengajak jemaat Korintus untuk meninggalkan Paulus.
Tarik-menarik jemaat sering kita dengar dalam perkembangan Kristen saat ini. Aliran yang satu mengatakan aliran lainnya kurang baik dan mengajak jemaat untuk mengikuti aliran mereka, demikian sebaliknya. Rupanya tarik menarik jemaat bukanlah hal yang baru, pada jaman Rasul Paulus pun ternyata hal tersebut sudah terjadi. Rasul-rasul palsu mencoba menarik jemaat Korintus untuk meninggalkan Paulus dan mengikuti mereka. Apa yang mereka cari dengan cara-cara seperti itu ? Ternyata hanya kemegahan dan dan kemewahan diri semata. Para rasul palsu menginginkan jemaat Korintus percaya kepada mereka sehingga mereka bisa mendapatkan penghormatan dan kemegahan. Jemaat Korintus adalah jemaat dari golongan kaya yang hidup makmur. Dengan mudahnya mereka akan mengeluarkan uang untuk orang yang telah mereka percayai, apalagi para pelayan Tuhan. Dan para rasul palsu tersebut menginginkan semua itu. Mereka ingin mendapatkan fasilitas yang bisa mereka dapatkan dengan mudahnya. Hal itulah yang tidak pernah diminta Paulus selama dia melayani jemaat Korintus. Bahkan Paulus mengorbankan apa yang ada padanya untuk melayani jemaat Korintus.
Pada ayat 11 Paulus menganggap bahwa dirinya bodoh.
‘’Sungguh aku telah menjadi bodoh; tetapi kamu yang memaksa aku. Sebenarnya aku harus kamu puji. Karena meskipun aku tidak berarti sedikitpun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu."
Paulus mengatakan bahwa "sungguh aku telah menjadi bodoh". Bodoh karena apa ? Bodoh karena telah mengorbankan apa yang ada padanya untuk jemaat yang seharusnya malah mampu memberikan fasilitas kepadanya. Paulus berkata seperti itu dari sudut keduniawian, dari sudut manusiawi. Mengapa yang kurang mampu malah berkorban untuk orang yang lebih mampu ? Mengapa Paulus melakukan itu semua ? Melakukan kebodohan yang dikatakannya itu ? Karena cinta. Seperti lagu yang dinyanyikan Joy Tobing saat dia memenangkan Indonesian Idol, "Semua Karena Cinta". Ya, karena cintanya kepada jemaat Korintus maka Paulus rela berkorban, rela melakukan kebodohan. Seharusnya Paulus mendapatkan pujian untuk semua pengorbanannya tersebut tetapi tidak, dan Paulus pun tidak pernah terpikir untuk mengharapkannya. Padahal dalam segala hal Paulus jauh lebih baik dari para rasul palsu yang luar biasa itu. Apa yang luar biasa dari para rasul palsu tersebut? Para rasul palsu tersebut mendapatkan fasilitas yang luar biasa. Mereka banyak mendapatkan bantuan dan fasilitas dari jemaat Korintus, hal yang belum pernah diminta dan diterima Paulus selama dia melayani jemaat Korintus. Paulus melayani dengan kerelaan dan pengorbanan, sedangkan para rasul palsu melayani dengan motif materi untuk mendapatkan kemegahan dan kemewahan.
Dalam kehidupan kita, sering kita melihat dan mengalami hal seperti yang dialami Paulus. Kita melihat ada hamba Tuhan yang melayani hanya untuk materi, kemewahan dan kemegahan dirinya semata. Ada hamba Tuhan yang hanya melayani jemaat high kelas, kalangan atas saja, karena dia akan mendapatkan ucapakan terima kasih yang berbeda dibanding jika dia melayani jemaat kalangan bawah. Ada hamba Tuhan yang lebih sering melayani di gereja-gereja besar dan mewah dibanding di gereja kecil ataupun di kawasan kumuh. Paulus mengingatkan kita untuk melayani jemaat Tuhan dengan tanpa memandang latar belakang dan tingkatan tertentu. Terlebih sebagai hamba Tuhan yang memang mendapatkan tugas untuk melayani jemaat Tuhan, bukan malah untuk dilayani dengan berbagai fasilitas dan kemewahan. Ingat, Tuhan Yesus berkata, bahwa "Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani".
Tapi itu tidak hanya berlaku bagi hamba Tuhan tetapi juga bagi kita seluruh umat Tuhan. Hendaklah dalam kehidupan kita, dalam pelayanan kita di setiap sektor kehidupan dan pekerjaan kita, kita tidak bekerja dengan memandang faktor-faktor tertentu. Jika di tempat/lahan kering maka malaslah dia bekerja. Tetapi jika di lahan yang basah dan penuh uang maka semangat kerjanyapun meluap-luap, sebanding dengan luapan amplop yang akan memenuhi kantongnya.
Ayat 12 dikatakan "Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa."
Para rasul palsu berbicara tidak dengan perantara Roh Kudus melainkan roh palsu. Dan mereka hanya mengelabui jemaat dengan berbicara hal-hal yang mengenakkan hati jemaat. Jika hati jemaat sudah senang maka uang dan fasilitas pun mengalir dengan kencang. Mereka hanya pandai berbicara manis tetapi tidak punya kuasa apa-apa. Tetapi Paulus dalam pelayanannya selama ini di Korintus telah banyak melakukan kuasa-kuasa Roh Kudus sebagai pembuktian bahwa dialah rasul Kristus yang sebenarnya, yang melayani dengan sabar, mampu berbicara Roh dan mampu melakukan berbagai mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa penyembuhan. Namun ternyata itu masih belum cukup meneguhkan kepercayaan jemaat Korintus. Dan hal itulah yang ingin diingatkan kembali oleh Paulus kepada jemaat Korintus.
Dan dalam kehidupan kita sehari-hari, pembuktian tentang kuasa Roh Kudus pun sering tidak cukup untuk meneguhkan kepercayaan kita sebagai umat Kristus. Sejak lahir kita banyak mendapatkan berkat dan perlindungan Roh Kudus, tapi itupun belum cukup untuk meneguhkan iman kita. Masih banyak diantara kita yang menghambakan dirinya pada kekuatan duniawi. Kita tidak sabar seperti Paulus dan mencoba mencari ilah-ilah lain untuk mewujudkan keinginan kita. Segala cara dihalalkan untuk mencapai yang diinginkan. Yang halal jadi haram dan yang haram dihalalkan.
Ayat 13 dikatakan "Sebab dalam hal manakah kamu dikebelakangkan dibandingkan dengan jemaat-jemaat lain, selain dari pada dalam hal ini, yaitu bahwa aku sendiri tidak menjadi suatu beban kepada kamu ? Maafkanlah ketidakadilanku ini !"
Paulus memberi perbandingan jemaatnya dibanding dengan jemaat-jemaat para rasul palsu tersebut. Dalam hal manakah mereka dikebelakangkan ? Tidak ada. Jemaat Paulus berbeda dengan jemaat para rasul palsu tersebut. Jemaat Paulus terlihat lebih maju dalam kehidupan rohaninya, tidak seperti jemaat lainnya. Tetapi Paulus mengatakan hanya satu hal yang membuat mereka dikebelakangkan yaitu, bahwa Paulus tidak menjadi beban bagi mereka. Itu menunjukkan bahwa perhatian jemaat terhadap Paulus masih sangat kurang. Itu karena Paulus tidak pernah meminta materi dan fasilitas dari jemaatnya, tidak seperti para rasul palsu yang meminta fasilitas dan berbagai bantuan dari jemaat lainnya.
Lalu sebagai hamba Tuhan kita dipertanyakan, apakah kita telah bersikap seperti Paulus ? Yang tidak pernah meminta fasilitas dari jemaatnya ? Atau sebaliknya, kita seperti para rasul palsu yang selalu meminta fasilitas dan kemudahan dari jemaat ?
Lalu sebagai jemaat Kristen. Apakah kita telah memperhatikan kehidupan para hamba Tuhan yang telah melayani kita ? Memang pekerjaan mereka adalah pelayanan yang telah ditugaskan Tuhan bagi mereka. Namung ingatlah, mereka juga manusia. Mereka juga mempunyai keluarga, mempunyai istri dan anak-anak. Apakah sekolah tempat dimana anak mereka bersekolah bisa memberikan kemudahan ataupun gratis biaya jika mereka mengatakan mereka anak Pendeta ? Mungkin hampir tidak ada sekolah yang memberikan kemudahan seperti itu. Lalu jika pendapatan yang para hamba Tuhan terima dari pelayanan mereka ternyata tidak mencukupi untuk membiayai sekolah anak-anaknya, apakah anak-anaknya putus sekolah. Betapa menyedihkan jika didalam jemaat yang kehidupannya berkecukupan tetapi anak-anak Pendetanya putus sekolah karena orangtuanya tidak mempunyai biaya. Disini juga dituntut perhatian kita akan hamba-hamba Tuhan. Karena Tuhan juga berfirman bahwa kita juga harus memperhatikan kehidupan para hamba-hambaNya.
Ayat 14 dikatakan "Sesungguhnya sekarang sudah untuk ketigakalinya aku siap untuk mengunjungi kamu, dan aku tidak akan merupakan suatu beban bagi kamu. Sebab bukan hartamu yang kucari, melainkan kamu sendiri. Karena bukan anak-anak yang harus mengumpulkan harta untuk orangtuanya, melainkan orang tualah untuk anak-anaknya."
Kembali Paulus mengingatkan bagi jemaat Korintus bahwa dia tidak akan menjadi beban bagi mereka. Telah beberapa kali Paulus mengunjungi Korintus, baik secara langsung maupun melalui surat-surat, namun dia tidak pernah menjadi beban bagi jemaatnya. Sebab Paulus bukan mencari harta, tetapi mencari jiwa-jiwa yang haus akan ajaran Kristus. Dan Paulus mengibaratkan dirinya sebagai orangtua bagi jemaat Korintus. Paulus mengatakan bukan jemaat yang harus mengumpulkan harta bagi dia, tetapi dialah yang mengumpulkan harta untuk jemaat. Harta yang dimaksud dalam hal ini bukanlah harta duniawi tetapi harta rohani yang tidak akan habis-habisnya. Harta duniawi akan dengan mudahnya habis, tetapi harta rohani, harta di sorga akan tetap tinggal dan menjadi bekal bagi umat Kristus menuju kehidupan kekal yang telah dijanjikan Tuhan.
Kita sebagai umat Tuhan juga harus mempersiapkan anak-anak kita harta abadi. Harta yang akan menjadi bekal mereka. Jangan persiapkan anak-anak kita dengan harta duniawi saja, sebab itu akan mudah habis. Tetapi harta sorgawi akan menjadi bekal terbaik bagi mereka, sehingga mereka akan dapat menghadapi tantangan kehidupan ini dengan baik. Anak kita adalah harta terbaik kita, untuk itu bekalilah mereka dengan harta terbaik pula.
Ayat 15 dikatakan "Karena itu aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu. Jadi jika aku sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi ?"
Sebagai lanjutan ayat 14 maka Paulus mengatakan bahwa dia dengan sukarela akan mengorbankan miliknya, bahkan juga mengorbankan dirinya untuk jemaatnya. Sama seperti Kristus yang telah lebih dulu berkorban untuknya maka Paulus juga bersedia berkorban untuk para jemaatnya.. Lalu jika itu semua telah dilakukan oleh Paulus maka alasan apalagi yang membuat Paulus kurang dikasihi ? Tidak ada alasan lagi. Sudah selayaknya jemaat Korintus mengasihi Paulus kaerena Paulus telah terlebih dahulu mengasihi mereka.
Jika kita sebagai orangtua telah mengasihi anak-anak kita, telah berkorban segala sesuatunya untuk mereka, masakan kita tidak patut mendapat pengasihan dari mereka ? Kita pasti mengharapkan hal serupa seperti yang diharapkan Petrus dari jemaat Korintus.
Sebagai umat Tuhan kita telah sangat banyak menerima berkat dari Tuhan. Itu semua bukan diberi begitu saja, melainkan sebagai ungkapan rasa kasih Tuhan kepada kita. Jika Tuhan tidak mengasihi kita, untuk apa Dia berikan itu semua kepada kita. Maka sudah selayaknya kita juga harus membalas pengorbanan yang telah diberikan Tuhan kepada kita dengan mengasihi Tuhan. Bagaimana caranya ? Kita ingat kembali hukum terutama yang telah diberikan Tuhan kepada kita "Kasihilah Tuhan Allah, dan kasihilah sesamamu manusia."
Lalu siapakah sesama kita manusia ? Dalam perumpamaan Orang Samaria Yang Baik Hati, Kristus menjelaskan siapakah sesama kita ? Bukan sesama tingkatan golongan, bukan sesama suku/marga, bukan sesama keluarga, tetapi sesama manusia.
Belajar dari Perumpamaan Orang Samaria Yang Baik Hati, kita dituntut untuk mau berkorban demi sesama kita manusia, bukan sesama golongan/suku/marga saja.
Lalu berkorban yang bagaimanakah yang diharapkan dalam konteks khotbah ini ?
Sama seperti pengorbanan yang diberikan oleh Paulus, berkorban tanpa mengharapkan balasan, tanpa mengharapkan imbalan, melainkan murni untuk melayani umat manusia.
Manusia cepat untuk iba dan sedih melihat kesusahan orang lain, tetapi lambat untuk membantu.
Manusia cepat untuk meminta bantuan orang lain, tetapi lambat untuk membantu orang lain.
Ada kalimat bijak yang mungkin bisa sama-sama kita renungkan, yaitu : "Aku senang melihat orang lain senang, dan lebih senang lagi jika aku bisa membuat orang lain senang."
Kita senang melihat keluarga, teman kita mendapat kebahagiaan, tetapi lebih senang lagi jika kita secara langsung bisa membuat orang lain senang. Untuk menciptakan kesenangan tersebut maka kita harus mengorbankan kesenangan yang ada pada kita.
Tuhan menganugerahkan begitu banyak kesenangan di dunia ini supaya setiap orang bisa mendapatkannya. Tugas kitalah sebagai umat Tuhan untuk secara aktif membagi kesenangan kepada orang lain, kepada sesama kita. Berkorban untuk orang lain, berkorban untuk kesenangannya, walau itu mungkin akan mengurangi sedikit kesenangan kita. Tetapi jangan takut, sebab Tuhan masih menyediakan begitu banyak kesenangan yang selalu siap diberikannya kepada kita jika kita mau berkorban untuk sesama kita.
Amin !
(Levi)
Selasa, 03 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar