Selasa, 03 Februari 2009

"BERKORBAN HIDUP DEMI KESELAMATAN SESAMA"
(II Korintus 12 : 11 – 15)
Kitab Korintus yang kedua ini ditulis oleh Rasul Paulus dan merupakan suratnya yang kedua kepada jemaat Tuhan di kota Korintus. Paulus menganggap jemaat Korintus perlu mendapatkan perhatian ekstra sehingga Paulus perlu sampai dua kali untuk menuliskan surat kepada mereka.
Mengapa ? Seberapa pentingkah mereka ? Atau seberapa pentingkah kota Korintus ?
Korintus adalah kota yang sangat penting di Yunani pada saat itu. Letaknya sangat strategis di persimpangan jalan perdagangan di kawasan Laut Tengah. Laut Tengah merupakan penghubung antara 3 benua besar, Eropa, Asia dan Afrika dan merupakan kawasan perdagangan terbesar di dunia. Dan kota Korintus merupakan salah satu kota pelabuhan terbesar di Laut Tengah yang merupakan tempat persinggahan yang sangat ramai. Penduduknya hidup dari berdagang dan sangat makmur. Namun bukan kemakmuran itu yang menjadi alasan utama Paulus melayani jemaat Korintus. Alasan utamanya adalah karena jemaat Korintus masih mudah terpecah dan terpedaya dengan ajaran-ajaran lain yang tidak benar. Mereka sangat mudah mempercayai apa yang mereka lihat dan dengar tanpa pikir-pikir dengan matang. Itulah yang membuat jemaat Korintus sering mendapat masalah dan itu yang membuat Paulus memperhatikan mereka.
Paulus tidak ingin jemaat Korintus terpedaya ajaran-ajaran dari rasul-rasul palsu yang mengaku rasul Kristus yang berupaya mengajak jemaat Korintus untuk meninggalkan Paulus.
Tarik-menarik jemaat sering kita dengar dalam perkembangan Kristen saat ini. Aliran yang satu mengatakan aliran lainnya kurang baik dan mengajak jemaat untuk mengikuti aliran mereka, demikian sebaliknya. Rupanya tarik menarik jemaat bukanlah hal yang baru, pada jaman Rasul Paulus pun ternyata hal tersebut sudah terjadi. Rasul-rasul palsu mencoba menarik jemaat Korintus untuk meninggalkan Paulus dan mengikuti mereka. Apa yang mereka cari dengan cara-cara seperti itu ? Ternyata hanya kemegahan dan dan kemewahan diri semata. Para rasul palsu menginginkan jemaat Korintus percaya kepada mereka sehingga mereka bisa mendapatkan penghormatan dan kemegahan. Jemaat Korintus adalah jemaat dari golongan kaya yang hidup makmur. Dengan mudahnya mereka akan mengeluarkan uang untuk orang yang telah mereka percayai, apalagi para pelayan Tuhan. Dan para rasul palsu tersebut menginginkan semua itu. Mereka ingin mendapatkan fasilitas yang bisa mereka dapatkan dengan mudahnya. Hal itulah yang tidak pernah diminta Paulus selama dia melayani jemaat Korintus. Bahkan Paulus mengorbankan apa yang ada padanya untuk melayani jemaat Korintus.
Pada ayat 11 Paulus menganggap bahwa dirinya bodoh.
‘’Sungguh aku telah menjadi bodoh; tetapi kamu yang memaksa aku. Sebenarnya aku harus kamu puji. Karena meskipun aku tidak berarti sedikitpun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu."
Paulus mengatakan bahwa "sungguh aku telah menjadi bodoh". Bodoh karena apa ? Bodoh karena telah mengorbankan apa yang ada padanya untuk jemaat yang seharusnya malah mampu memberikan fasilitas kepadanya. Paulus berkata seperti itu dari sudut keduniawian, dari sudut manusiawi. Mengapa yang kurang mampu malah berkorban untuk orang yang lebih mampu ? Mengapa Paulus melakukan itu semua ? Melakukan kebodohan yang dikatakannya itu ? Karena cinta. Seperti lagu yang dinyanyikan Joy Tobing saat dia memenangkan Indonesian Idol, "Semua Karena Cinta". Ya, karena cintanya kepada jemaat Korintus maka Paulus rela berkorban, rela melakukan kebodohan. Seharusnya Paulus mendapatkan pujian untuk semua pengorbanannya tersebut tetapi tidak, dan Paulus pun tidak pernah terpikir untuk mengharapkannya. Padahal dalam segala hal Paulus jauh lebih baik dari para rasul palsu yang luar biasa itu. Apa yang luar biasa dari para rasul palsu tersebut? Para rasul palsu tersebut mendapatkan fasilitas yang luar biasa. Mereka banyak mendapatkan bantuan dan fasilitas dari jemaat Korintus, hal yang belum pernah diminta dan diterima Paulus selama dia melayani jemaat Korintus. Paulus melayani dengan kerelaan dan pengorbanan, sedangkan para rasul palsu melayani dengan motif materi untuk mendapatkan kemegahan dan kemewahan.
Dalam kehidupan kita, sering kita melihat dan mengalami hal seperti yang dialami Paulus. Kita melihat ada hamba Tuhan yang melayani hanya untuk materi, kemewahan dan kemegahan dirinya semata. Ada hamba Tuhan yang hanya melayani jemaat high kelas, kalangan atas saja, karena dia akan mendapatkan ucapakan terima kasih yang berbeda dibanding jika dia melayani jemaat kalangan bawah. Ada hamba Tuhan yang lebih sering melayani di gereja-gereja besar dan mewah dibanding di gereja kecil ataupun di kawasan kumuh. Paulus mengingatkan kita untuk melayani jemaat Tuhan dengan tanpa memandang latar belakang dan tingkatan tertentu. Terlebih sebagai hamba Tuhan yang memang mendapatkan tugas untuk melayani jemaat Tuhan, bukan malah untuk dilayani dengan berbagai fasilitas dan kemewahan. Ingat, Tuhan Yesus berkata, bahwa "Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani".
Tapi itu tidak hanya berlaku bagi hamba Tuhan tetapi juga bagi kita seluruh umat Tuhan. Hendaklah dalam kehidupan kita, dalam pelayanan kita di setiap sektor kehidupan dan pekerjaan kita, kita tidak bekerja dengan memandang faktor-faktor tertentu. Jika di tempat/lahan kering maka malaslah dia bekerja. Tetapi jika di lahan yang basah dan penuh uang maka semangat kerjanyapun meluap-luap, sebanding dengan luapan amplop yang akan memenuhi kantongnya.
Ayat 12 dikatakan "Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa."
Para rasul palsu berbicara tidak dengan perantara Roh Kudus melainkan roh palsu. Dan mereka hanya mengelabui jemaat dengan berbicara hal-hal yang mengenakkan hati jemaat. Jika hati jemaat sudah senang maka uang dan fasilitas pun mengalir dengan kencang. Mereka hanya pandai berbicara manis tetapi tidak punya kuasa apa-apa. Tetapi Paulus dalam pelayanannya selama ini di Korintus telah banyak melakukan kuasa-kuasa Roh Kudus sebagai pembuktian bahwa dialah rasul Kristus yang sebenarnya, yang melayani dengan sabar, mampu berbicara Roh dan mampu melakukan berbagai mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa penyembuhan. Namun ternyata itu masih belum cukup meneguhkan kepercayaan jemaat Korintus. Dan hal itulah yang ingin diingatkan kembali oleh Paulus kepada jemaat Korintus.
Dan dalam kehidupan kita sehari-hari, pembuktian tentang kuasa Roh Kudus pun sering tidak cukup untuk meneguhkan kepercayaan kita sebagai umat Kristus. Sejak lahir kita banyak mendapatkan berkat dan perlindungan Roh Kudus, tapi itupun belum cukup untuk meneguhkan iman kita. Masih banyak diantara kita yang menghambakan dirinya pada kekuatan duniawi. Kita tidak sabar seperti Paulus dan mencoba mencari ilah-ilah lain untuk mewujudkan keinginan kita. Segala cara dihalalkan untuk mencapai yang diinginkan. Yang halal jadi haram dan yang haram dihalalkan.
Ayat 13 dikatakan "Sebab dalam hal manakah kamu dikebelakangkan dibandingkan dengan jemaat-jemaat lain, selain dari pada dalam hal ini, yaitu bahwa aku sendiri tidak menjadi suatu beban kepada kamu ? Maafkanlah ketidakadilanku ini !"
Paulus memberi perbandingan jemaatnya dibanding dengan jemaat-jemaat para rasul palsu tersebut. Dalam hal manakah mereka dikebelakangkan ? Tidak ada. Jemaat Paulus berbeda dengan jemaat para rasul palsu tersebut. Jemaat Paulus terlihat lebih maju dalam kehidupan rohaninya, tidak seperti jemaat lainnya. Tetapi Paulus mengatakan hanya satu hal yang membuat mereka dikebelakangkan yaitu, bahwa Paulus tidak menjadi beban bagi mereka. Itu menunjukkan bahwa perhatian jemaat terhadap Paulus masih sangat kurang. Itu karena Paulus tidak pernah meminta materi dan fasilitas dari jemaatnya, tidak seperti para rasul palsu yang meminta fasilitas dan berbagai bantuan dari jemaat lainnya.
Lalu sebagai hamba Tuhan kita dipertanyakan, apakah kita telah bersikap seperti Paulus ? Yang tidak pernah meminta fasilitas dari jemaatnya ? Atau sebaliknya, kita seperti para rasul palsu yang selalu meminta fasilitas dan kemudahan dari jemaat ?
Lalu sebagai jemaat Kristen. Apakah kita telah memperhatikan kehidupan para hamba Tuhan yang telah melayani kita ? Memang pekerjaan mereka adalah pelayanan yang telah ditugaskan Tuhan bagi mereka. Namung ingatlah, mereka juga manusia. Mereka juga mempunyai keluarga, mempunyai istri dan anak-anak. Apakah sekolah tempat dimana anak mereka bersekolah bisa memberikan kemudahan ataupun gratis biaya jika mereka mengatakan mereka anak Pendeta ? Mungkin hampir tidak ada sekolah yang memberikan kemudahan seperti itu. Lalu jika pendapatan yang para hamba Tuhan terima dari pelayanan mereka ternyata tidak mencukupi untuk membiayai sekolah anak-anaknya, apakah anak-anaknya putus sekolah. Betapa menyedihkan jika didalam jemaat yang kehidupannya berkecukupan tetapi anak-anak Pendetanya putus sekolah karena orangtuanya tidak mempunyai biaya. Disini juga dituntut perhatian kita akan hamba-hamba Tuhan. Karena Tuhan juga berfirman bahwa kita juga harus memperhatikan kehidupan para hamba-hambaNya.
Ayat 14 dikatakan "Sesungguhnya sekarang sudah untuk ketigakalinya aku siap untuk mengunjungi kamu, dan aku tidak akan merupakan suatu beban bagi kamu. Sebab bukan hartamu yang kucari, melainkan kamu sendiri. Karena bukan anak-anak yang harus mengumpulkan harta untuk orangtuanya, melainkan orang tualah untuk anak-anaknya."
Kembali Paulus mengingatkan bagi jemaat Korintus bahwa dia tidak akan menjadi beban bagi mereka. Telah beberapa kali Paulus mengunjungi Korintus, baik secara langsung maupun melalui surat-surat, namun dia tidak pernah menjadi beban bagi jemaatnya. Sebab Paulus bukan mencari harta, tetapi mencari jiwa-jiwa yang haus akan ajaran Kristus. Dan Paulus mengibaratkan dirinya sebagai orangtua bagi jemaat Korintus. Paulus mengatakan bukan jemaat yang harus mengumpulkan harta bagi dia, tetapi dialah yang mengumpulkan harta untuk jemaat. Harta yang dimaksud dalam hal ini bukanlah harta duniawi tetapi harta rohani yang tidak akan habis-habisnya. Harta duniawi akan dengan mudahnya habis, tetapi harta rohani, harta di sorga akan tetap tinggal dan menjadi bekal bagi umat Kristus menuju kehidupan kekal yang telah dijanjikan Tuhan.
Kita sebagai umat Tuhan juga harus mempersiapkan anak-anak kita harta abadi. Harta yang akan menjadi bekal mereka. Jangan persiapkan anak-anak kita dengan harta duniawi saja, sebab itu akan mudah habis. Tetapi harta sorgawi akan menjadi bekal terbaik bagi mereka, sehingga mereka akan dapat menghadapi tantangan kehidupan ini dengan baik. Anak kita adalah harta terbaik kita, untuk itu bekalilah mereka dengan harta terbaik pula.
Ayat 15 dikatakan "Karena itu aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu. Jadi jika aku sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi ?"
Sebagai lanjutan ayat 14 maka Paulus mengatakan bahwa dia dengan sukarela akan mengorbankan miliknya, bahkan juga mengorbankan dirinya untuk jemaatnya. Sama seperti Kristus yang telah lebih dulu berkorban untuknya maka Paulus juga bersedia berkorban untuk para jemaatnya.. Lalu jika itu semua telah dilakukan oleh Paulus maka alasan apalagi yang membuat Paulus kurang dikasihi ? Tidak ada alasan lagi. Sudah selayaknya jemaat Korintus mengasihi Paulus kaerena Paulus telah terlebih dahulu mengasihi mereka.
Jika kita sebagai orangtua telah mengasihi anak-anak kita, telah berkorban segala sesuatunya untuk mereka, masakan kita tidak patut mendapat pengasihan dari mereka ? Kita pasti mengharapkan hal serupa seperti yang diharapkan Petrus dari jemaat Korintus.
Sebagai umat Tuhan kita telah sangat banyak menerima berkat dari Tuhan. Itu semua bukan diberi begitu saja, melainkan sebagai ungkapan rasa kasih Tuhan kepada kita. Jika Tuhan tidak mengasihi kita, untuk apa Dia berikan itu semua kepada kita. Maka sudah selayaknya kita juga harus membalas pengorbanan yang telah diberikan Tuhan kepada kita dengan mengasihi Tuhan. Bagaimana caranya ? Kita ingat kembali hukum terutama yang telah diberikan Tuhan kepada kita "Kasihilah Tuhan Allah, dan kasihilah sesamamu manusia."
Lalu siapakah sesama kita manusia ? Dalam perumpamaan Orang Samaria Yang Baik Hati, Kristus menjelaskan siapakah sesama kita ? Bukan sesama tingkatan golongan, bukan sesama suku/marga, bukan sesama keluarga, tetapi sesama manusia.
Belajar dari Perumpamaan Orang Samaria Yang Baik Hati, kita dituntut untuk mau berkorban demi sesama kita manusia, bukan sesama golongan/suku/marga saja.
Lalu berkorban yang bagaimanakah yang diharapkan dalam konteks khotbah ini ?
Sama seperti pengorbanan yang diberikan oleh Paulus, berkorban tanpa mengharapkan balasan, tanpa mengharapkan imbalan, melainkan murni untuk melayani umat manusia.
Manusia cepat untuk iba dan sedih melihat kesusahan orang lain, tetapi lambat untuk membantu.
Manusia cepat untuk meminta bantuan orang lain, tetapi lambat untuk membantu orang lain.
Ada kalimat bijak yang mungkin bisa sama-sama kita renungkan, yaitu : "Aku senang melihat orang lain senang, dan lebih senang lagi jika aku bisa membuat orang lain senang."
Kita senang melihat keluarga, teman kita mendapat kebahagiaan, tetapi lebih senang lagi jika kita secara langsung bisa membuat orang lain senang. Untuk menciptakan kesenangan tersebut maka kita harus mengorbankan kesenangan yang ada pada kita.
Tuhan menganugerahkan begitu banyak kesenangan di dunia ini supaya setiap orang bisa mendapatkannya. Tugas kitalah sebagai umat Tuhan untuk secara aktif membagi kesenangan kepada orang lain, kepada sesama kita. Berkorban untuk orang lain, berkorban untuk kesenangannya, walau itu mungkin akan mengurangi sedikit kesenangan kita. Tetapi jangan takut, sebab Tuhan masih menyediakan begitu banyak kesenangan yang selalu siap diberikannya kepada kita jika kita mau berkorban untuk sesama kita.
Amin !

Nama : Levi (081265104389, 6620713)
Gereja: GKPA Medan Timur, Jl.Pelita II No.56 Medan
Office : Bank BNI Jl.Pemuda No.12 Medan, 4538166
"BERKORBAN HIDUP DEMI KESELAMATAN SESAMA"
(II Korintus 12 : 11 – 15)
Kitab Korintus yang kedua ini ditulis oleh Rasul Paulus dan merupakan suratnya yang kedua kepada jemaat Tuhan di kota Korintus. Paulus menganggap jemaat Korintus perlu mendapatkan perhatian ekstra sehingga Paulus perlu sampai dua kali untuk menuliskan surat kepada mereka.
Mengapa ? Seberapa pentingkah mereka ? Atau seberapa pentingkah kota Korintus ?
Korintus adalah kota yang sangat penting di Yunani pada saat itu. Letaknya sangat strategis di persimpangan jalan perdagangan di kawasan Laut Tengah. Laut Tengah merupakan penghubung antara 3 benua besar, Eropa, Asia dan Afrika dan merupakan kawasan perdagangan terbesar di dunia. Dan kota Korintus merupakan salah satu kota pelabuhan terbesar di Laut Tengah yang merupakan tempat persinggahan yang sangat ramai. Penduduknya hidup dari berdagang dan sangat makmur. Namun bukan kemakmuran itu yang menjadi alasan utama Paulus melayani jemaat Korintus. Alasan utamanya adalah karena jemaat Korintus masih mudah terpecah dan terpedaya dengan ajaran-ajaran lain yang tidak benar. Mereka sangat mudah mempercayai apa yang mereka lihat dan dengar tanpa pikir-pikir dengan matang. Itulah yang membuat jemaat Korintus sering mendapat masalah dan itu yang membuat Paulus memperhatikan mereka.
Paulus tidak ingin jemaat Korintus terpedaya ajaran-ajaran dari rasul-rasul palsu yang mengaku rasul Kristus yang berupaya mengajak jemaat Korintus untuk meninggalkan Paulus.
Tarik-menarik jemaat sering kita dengar dalam perkembangan Kristen saat ini. Aliran yang satu mengatakan aliran lainnya kurang baik dan mengajak jemaat untuk mengikuti aliran mereka, demikian sebaliknya. Rupanya tarik menarik jemaat bukanlah hal yang baru, pada jaman Rasul Paulus pun ternyata hal tersebut sudah terjadi. Rasul-rasul palsu mencoba menarik jemaat Korintus untuk meninggalkan Paulus dan mengikuti mereka. Apa yang mereka cari dengan cara-cara seperti itu ? Ternyata hanya kemegahan dan dan kemewahan diri semata. Para rasul palsu menginginkan jemaat Korintus percaya kepada mereka sehingga mereka bisa mendapatkan penghormatan dan kemegahan. Jemaat Korintus adalah jemaat dari golongan kaya yang hidup makmur. Dengan mudahnya mereka akan mengeluarkan uang untuk orang yang telah mereka percayai, apalagi para pelayan Tuhan. Dan para rasul palsu tersebut menginginkan semua itu. Mereka ingin mendapatkan fasilitas yang bisa mereka dapatkan dengan mudahnya. Hal itulah yang tidak pernah diminta Paulus selama dia melayani jemaat Korintus. Bahkan Paulus mengorbankan apa yang ada padanya untuk melayani jemaat Korintus.
Pada ayat 11 Paulus menganggap bahwa dirinya bodoh.
‘’Sungguh aku telah menjadi bodoh; tetapi kamu yang memaksa aku. Sebenarnya aku harus kamu puji. Karena meskipun aku tidak berarti sedikitpun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu."
Paulus mengatakan bahwa "sungguh aku telah menjadi bodoh". Bodoh karena apa ? Bodoh karena telah mengorbankan apa yang ada padanya untuk jemaat yang seharusnya malah mampu memberikan fasilitas kepadanya. Paulus berkata seperti itu dari sudut keduniawian, dari sudut manusiawi. Mengapa yang kurang mampu malah berkorban untuk orang yang lebih mampu ? Mengapa Paulus melakukan itu semua ? Melakukan kebodohan yang dikatakannya itu ? Karena cinta. Seperti lagu yang dinyanyikan Joy Tobing saat dia memenangkan Indonesian Idol, "Semua Karena Cinta". Ya, karena cintanya kepada jemaat Korintus maka Paulus rela berkorban, rela melakukan kebodohan. Seharusnya Paulus mendapatkan pujian untuk semua pengorbanannya tersebut tetapi tidak, dan Paulus pun tidak pernah terpikir untuk mengharapkannya. Padahal dalam segala hal Paulus jauh lebih baik dari para rasul palsu yang luar biasa itu. Apa yang luar biasa dari para rasul palsu tersebut? Para rasul palsu tersebut mendapatkan fasilitas yang luar biasa. Mereka banyak mendapatkan bantuan dan fasilitas dari jemaat Korintus, hal yang belum pernah diminta dan diterima Paulus selama dia melayani jemaat Korintus. Paulus melayani dengan kerelaan dan pengorbanan, sedangkan para rasul palsu melayani dengan motif materi untuk mendapatkan kemegahan dan kemewahan.
Dalam kehidupan kita, sering kita melihat dan mengalami hal seperti yang dialami Paulus. Kita melihat ada hamba Tuhan yang melayani hanya untuk materi, kemewahan dan kemegahan dirinya semata. Ada hamba Tuhan yang hanya melayani jemaat high kelas, kalangan atas saja, karena dia akan mendapatkan ucapakan terima kasih yang berbeda dibanding jika dia melayani jemaat kalangan bawah. Ada hamba Tuhan yang lebih sering melayani di gereja-gereja besar dan mewah dibanding di gereja kecil ataupun di kawasan kumuh. Paulus mengingatkan kita untuk melayani jemaat Tuhan dengan tanpa memandang latar belakang dan tingkatan tertentu. Terlebih sebagai hamba Tuhan yang memang mendapatkan tugas untuk melayani jemaat Tuhan, bukan malah untuk dilayani dengan berbagai fasilitas dan kemewahan. Ingat, Tuhan Yesus berkata, bahwa "Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani".
Tapi itu tidak hanya berlaku bagi hamba Tuhan tetapi juga bagi kita seluruh umat Tuhan. Hendaklah dalam kehidupan kita, dalam pelayanan kita di setiap sektor kehidupan dan pekerjaan kita, kita tidak bekerja dengan memandang faktor-faktor tertentu. Jika di tempat/lahan kering maka malaslah dia bekerja. Tetapi jika di lahan yang basah dan penuh uang maka semangat kerjanyapun meluap-luap, sebanding dengan luapan amplop yang akan memenuhi kantongnya.
Ayat 12 dikatakan "Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa."
Para rasul palsu berbicara tidak dengan perantara Roh Kudus melainkan roh palsu. Dan mereka hanya mengelabui jemaat dengan berbicara hal-hal yang mengenakkan hati jemaat. Jika hati jemaat sudah senang maka uang dan fasilitas pun mengalir dengan kencang. Mereka hanya pandai berbicara manis tetapi tidak punya kuasa apa-apa. Tetapi Paulus dalam pelayanannya selama ini di Korintus telah banyak melakukan kuasa-kuasa Roh Kudus sebagai pembuktian bahwa dialah rasul Kristus yang sebenarnya, yang melayani dengan sabar, mampu berbicara Roh dan mampu melakukan berbagai mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa penyembuhan. Namun ternyata itu masih belum cukup meneguhkan kepercayaan jemaat Korintus. Dan hal itulah yang ingin diingatkan kembali oleh Paulus kepada jemaat Korintus.
Dan dalam kehidupan kita sehari-hari, pembuktian tentang kuasa Roh Kudus pun sering tidak cukup untuk meneguhkan kepercayaan kita sebagai umat Kristus. Sejak lahir kita banyak mendapatkan berkat dan perlindungan Roh Kudus, tapi itupun belum cukup untuk meneguhkan iman kita. Masih banyak diantara kita yang menghambakan dirinya pada kekuatan duniawi. Kita tidak sabar seperti Paulus dan mencoba mencari ilah-ilah lain untuk mewujudkan keinginan kita. Segala cara dihalalkan untuk mencapai yang diinginkan. Yang halal jadi haram dan yang haram dihalalkan.
Ayat 13 dikatakan "Sebab dalam hal manakah kamu dikebelakangkan dibandingkan dengan jemaat-jemaat lain, selain dari pada dalam hal ini, yaitu bahwa aku sendiri tidak menjadi suatu beban kepada kamu ? Maafkanlah ketidakadilanku ini !"
Paulus memberi perbandingan jemaatnya dibanding dengan jemaat-jemaat para rasul palsu tersebut. Dalam hal manakah mereka dikebelakangkan ? Tidak ada. Jemaat Paulus berbeda dengan jemaat para rasul palsu tersebut. Jemaat Paulus terlihat lebih maju dalam kehidupan rohaninya, tidak seperti jemaat lainnya. Tetapi Paulus mengatakan hanya satu hal yang membuat mereka dikebelakangkan yaitu, bahwa Paulus tidak menjadi beban bagi mereka. Itu menunjukkan bahwa perhatian jemaat terhadap Paulus masih sangat kurang. Itu karena Paulus tidak pernah meminta materi dan fasilitas dari jemaatnya, tidak seperti para rasul palsu yang meminta fasilitas dan berbagai bantuan dari jemaat lainnya.
Lalu sebagai hamba Tuhan kita dipertanyakan, apakah kita telah bersikap seperti Paulus ? Yang tidak pernah meminta fasilitas dari jemaatnya ? Atau sebaliknya, kita seperti para rasul palsu yang selalu meminta fasilitas dan kemudahan dari jemaat ?
Lalu sebagai jemaat Kristen. Apakah kita telah memperhatikan kehidupan para hamba Tuhan yang telah melayani kita ? Memang pekerjaan mereka adalah pelayanan yang telah ditugaskan Tuhan bagi mereka. Namung ingatlah, mereka juga manusia. Mereka juga mempunyai keluarga, mempunyai istri dan anak-anak. Apakah sekolah tempat dimana anak mereka bersekolah bisa memberikan kemudahan ataupun gratis biaya jika mereka mengatakan mereka anak Pendeta ? Mungkin hampir tidak ada sekolah yang memberikan kemudahan seperti itu. Lalu jika pendapatan yang para hamba Tuhan terima dari pelayanan mereka ternyata tidak mencukupi untuk membiayai sekolah anak-anaknya, apakah anak-anaknya putus sekolah. Betapa menyedihkan jika didalam jemaat yang kehidupannya berkecukupan tetapi anak-anak Pendetanya putus sekolah karena orangtuanya tidak mempunyai biaya. Disini juga dituntut perhatian kita akan hamba-hamba Tuhan. Karena Tuhan juga berfirman bahwa kita juga harus memperhatikan kehidupan para hamba-hambaNya.
Ayat 14 dikatakan "Sesungguhnya sekarang sudah untuk ketigakalinya aku siap untuk mengunjungi kamu, dan aku tidak akan merupakan suatu beban bagi kamu. Sebab bukan hartamu yang kucari, melainkan kamu sendiri. Karena bukan anak-anak yang harus mengumpulkan harta untuk orangtuanya, melainkan orang tualah untuk anak-anaknya."
Kembali Paulus mengingatkan bagi jemaat Korintus bahwa dia tidak akan menjadi beban bagi mereka. Telah beberapa kali Paulus mengunjungi Korintus, baik secara langsung maupun melalui surat-surat, namun dia tidak pernah menjadi beban bagi jemaatnya. Sebab Paulus bukan mencari harta, tetapi mencari jiwa-jiwa yang haus akan ajaran Kristus. Dan Paulus mengibaratkan dirinya sebagai orangtua bagi jemaat Korintus. Paulus mengatakan bukan jemaat yang harus mengumpulkan harta bagi dia, tetapi dialah yang mengumpulkan harta untuk jemaat. Harta yang dimaksud dalam hal ini bukanlah harta duniawi tetapi harta rohani yang tidak akan habis-habisnya. Harta duniawi akan dengan mudahnya habis, tetapi harta rohani, harta di sorga akan tetap tinggal dan menjadi bekal bagi umat Kristus menuju kehidupan kekal yang telah dijanjikan Tuhan.
Kita sebagai umat Tuhan juga harus mempersiapkan anak-anak kita harta abadi. Harta yang akan menjadi bekal mereka. Jangan persiapkan anak-anak kita dengan harta duniawi saja, sebab itu akan mudah habis. Tetapi harta sorgawi akan menjadi bekal terbaik bagi mereka, sehingga mereka akan dapat menghadapi tantangan kehidupan ini dengan baik. Anak kita adalah harta terbaik kita, untuk itu bekalilah mereka dengan harta terbaik pula.
Ayat 15 dikatakan "Karena itu aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu. Jadi jika aku sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi ?"
Sebagai lanjutan ayat 14 maka Paulus mengatakan bahwa dia dengan sukarela akan mengorbankan miliknya, bahkan juga mengorbankan dirinya untuk jemaatnya. Sama seperti Kristus yang telah lebih dulu berkorban untuknya maka Paulus juga bersedia berkorban untuk para jemaatnya.. Lalu jika itu semua telah dilakukan oleh Paulus maka alasan apalagi yang membuat Paulus kurang dikasihi ? Tidak ada alasan lagi. Sudah selayaknya jemaat Korintus mengasihi Paulus kaerena Paulus telah terlebih dahulu mengasihi mereka.
Jika kita sebagai orangtua telah mengasihi anak-anak kita, telah berkorban segala sesuatunya untuk mereka, masakan kita tidak patut mendapat pengasihan dari mereka ? Kita pasti mengharapkan hal serupa seperti yang diharapkan Petrus dari jemaat Korintus.
Sebagai umat Tuhan kita telah sangat banyak menerima berkat dari Tuhan. Itu semua bukan diberi begitu saja, melainkan sebagai ungkapan rasa kasih Tuhan kepada kita. Jika Tuhan tidak mengasihi kita, untuk apa Dia berikan itu semua kepada kita. Maka sudah selayaknya kita juga harus membalas pengorbanan yang telah diberikan Tuhan kepada kita dengan mengasihi Tuhan. Bagaimana caranya ? Kita ingat kembali hukum terutama yang telah diberikan Tuhan kepada kita "Kasihilah Tuhan Allah, dan kasihilah sesamamu manusia."
Lalu siapakah sesama kita manusia ? Dalam perumpamaan Orang Samaria Yang Baik Hati, Kristus menjelaskan siapakah sesama kita ? Bukan sesama tingkatan golongan, bukan sesama suku/marga, bukan sesama keluarga, tetapi sesama manusia.
Belajar dari Perumpamaan Orang Samaria Yang Baik Hati, kita dituntut untuk mau berkorban demi sesama kita manusia, bukan sesama golongan/suku/marga saja.
Lalu berkorban yang bagaimanakah yang diharapkan dalam konteks khotbah ini ?
Sama seperti pengorbanan yang diberikan oleh Paulus, berkorban tanpa mengharapkan balasan, tanpa mengharapkan imbalan, melainkan murni untuk melayani umat manusia.
Manusia cepat untuk iba dan sedih melihat kesusahan orang lain, tetapi lambat untuk membantu.
Manusia cepat untuk meminta bantuan orang lain, tetapi lambat untuk membantu orang lain.
Ada kalimat bijak yang mungkin bisa sama-sama kita renungkan, yaitu : "Aku senang melihat orang lain senang, dan lebih senang lagi jika aku bisa membuat orang lain senang."
Kita senang melihat keluarga, teman kita mendapat kebahagiaan, tetapi lebih senang lagi jika kita secara langsung bisa membuat orang lain senang. Untuk menciptakan kesenangan tersebut maka kita harus mengorbankan kesenangan yang ada pada kita.
Tuhan menganugerahkan begitu banyak kesenangan di dunia ini supaya setiap orang bisa mendapatkannya. Tugas kitalah sebagai umat Tuhan untuk secara aktif membagi kesenangan kepada orang lain, kepada sesama kita. Berkorban untuk orang lain, berkorban untuk kesenangannya, walau itu mungkin akan mengurangi sedikit kesenangan kita. Tetapi jangan takut, sebab Tuhan masih menyediakan begitu banyak kesenangan yang selalu siap diberikannya kepada kita jika kita mau berkorban untuk sesama kita.
Amin !
(Levi)
RENDAH HATI, LEMAH LEMBUT DAN SABAR
(Efesus 4 : 2)
"Hendaklah kamu senantiasa rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4 : 2)

Surat kepada jemaat Efesus ini ditulis Paulus saat dia dipenjara oleh Pemerintah Romawi di Roma karena dinilai telah menyebarkan ajaran sesat yang dapat menentang Pemerintahan Romawi. Saat itu Paulus merasakan suatu keadaan yang sangat menguji keimanannya. Paulus diuji dalam suatu kondisi yang jika dipandang dari sudut duniawi sungguh tidak pantas diterimanya. Paulus yang dengan keterbatasannya selama ini menentang segala rintangan yang ada untuk memberitakan Firman Tuhan kini harus mendekam di penjara. Umumnya kita manusia jika mengalami hal seperti ini pasti serta merta protes kepada Tuhan. "Tuhan, kenapa susah payahku selama ini memberitakan Firman-Mu harus berakhir di tempat yang hina seperti ini. Apakah tidak ada balasan yang baik yang Kau berikan pada hamba-Mu ini ?" .
Namun Paulus menyadari sepenuhnya arti panggilan terhadap dirinya. Saat itu dia segera merendahkan hatinya. Sama halnya seperti yang dilakukan Ayub ketika Tuhan mencobainya. Merendahkan hati kepada Tuhan dan menerima segala cobaan-Nya sambil memohon agar selalu diberi kekuatan dalam menghadapi cobaan tersebut. Paulus menyadari sepenuhnya bahwa sebelumnya dia juga tidak mempunyai arti apa-apa. Namun Tuhan telah memberi kesempatan kepadanya untuk dapat mempunyai arti. Mempunyai arti bagi Tuhan dengan memberitakan Firman-Nya kepada jemaat-jemaat yang membutuhkan. Dia bersyukur atas segala kesempatan yang telah diberikan Tuhan selama ini kepada dirinya. Dan walau kini dia dipenjara karena semuanya itu, dia tidak marah kepada Tuhan.
Kerendahan hati Paulus tersebut membuatnya lemah lembut dalam menghadapi keadaan tersebut. Dia tidak membalas perbuatan Pemerintah Romawi tersebut dengan melakukan protes ataupun perbuatan keras lainnya. Namun semua itu membuatnya menjadi lemah lembut kepada para pegawai penjara sehingga dia pun mendapatkan perlakuan yang sangat baik, tidak sama seperti tahanan lainnya. Kerendahan hati dan kelemah lembutannya membuat dia sabar menghadapi semua cobaan yang dialaminya tersebut. Kesemua sikap tersebut menunjukkan kasih yang teramat dalam yang ada dalam hati Paulus.
Rendah hati, lemah lembut dan sabar, tiga sifat yang diinginkan Paulus dalam suratnya tersebut. Namun jika kita menilik kondisi kehidupan manusia saat ini maka ketiga sifat tersebut sangat susah ditemui. Sifat yang pertama adalah rendah hati. Rendah hati adalah sifat yang sangat sulit dimiliki manusia. Malah sebaliknya, manusia sering menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain, tidak mau dianggap lebih rendah dari orang lain. Padahal dengan rendah hati maka manusia memperoleh banyak berkat. Orang yang rendah hati akan menjadi pewaris atas kesejahteraan yang berlimpah-limpah (Mazmur 37 : 11). Orang yang rendah hati akan dikasihani Allah (Yakobus 4 : 6).
Sifat kedua adalah lemah lembut. Lemah lembut akan membawa berkat, bahkan bumipun dapat dimiliki (Matius 5:5). Sifat lemah lembut juga dapat merubah sifat seseorang sehingga bertobat dan mengenal kebenaran. Dari orang yang tegar tengkuk dan keras kepala menjadi orang bijak, tahu yang baik dan yang benar, sehingga dapat mengetaui, menyuarakan dan melakukan kebenaran firman Tuhan. (2 Timotius 2 : 25)
Sifat ketiga adalah sabar. Dalam Injil Lukas Tuhan Yesus mengajarkan umat-Nya untuk menjadi orang yang sabar dan penuh dengan kasih (Lukas 6:27-36). Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik bagi yang membenci kamu. Jika pipimu yang satu ditampar, berikanlah juga pipimu yang lainnya. Semuanya itu mengandung pengertian bahwa kita jangan membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi balaslah kejahatan dengan kebaikan. Balaslah amarah dengan kesabaran. Kesabaran akan memadamkan perbantahan, namun amarah akan membangkitkan pertengkaran (Amsal 15:18). Dan dalam pendahuluan diatas telah kita ketahui bagaimana kesabaran Rasul Paulus menghadapi pencobaan yang dihadapinya. Dan kesabaran yang penuh kasih itulah yang akhirnya membebaskan Paulus dari terali besi penjara Romawi.
Ketiga sifat diatas, rendah hati, lemah lembut dan sabar, pada akhirnya akan bermuara ke satu kata yaitu "kasih". Rendah hati, lemah lembut dan sabar tidak akan ada jika tidak ada kasih. Kasih lah yang mendasari semua perbuatan baik. Jika tidak ada kasih maka sia-sialah semua perbuatan baik kita, sama sekali tidak berguna (I Korintus 13 : 1-3). Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih juga tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Kasih menutupi dan menanggung segala sesuatu, dan kasih tidak berkesudahan (I Korintus 13:4-8). Dari ketiga hal utama yaitu iman, pengharapan dan kasih, maka yang paling besar diantaranya ialah kasih (I Korintus 13:13). Maka sia-sialah imanmu, sia-sialah pengharapanmu jika tidak ada kasih di dalam hatimu.
Lalu bagaimana kita mengaplikasikan kasih itu dalam kehidupan kita ? Sering dan banyak orang mengumandangkan kata "kasih". Dari yang tua hingga yang muda, pria ataupun wanita, dari pejabat hingga rakyat jelata, dari pendeta hingga jemaat biasa. Namun sedikit yang mengumandangkan "kasih" dalam perbuatan hidupnya. Dalam ajaran Kristen ada empat istilah kasih, yaitu : Agape (kasih cinta suci Allah, tidak terdapat unsur menuntut balas/upah), Eros (kasih suami-istri), Storge (kasih hubungan darah) dan Philia (kasih persahabatan). Dari keempat istilah kasih tersebut yang paling utama adalah kasih agape. Ketiga istilah kasih lainnya (eros, storge dan philia) terjadi karena kondisi yang telah terbentuk sebelumnya dan diungkapkan hanya kepada pasangan ataupun keluarga saja, tidak kepada orang lain. Namun kasih yang diharapkan Tuhan adalah kita mengasihi seluruh umat manusia tanpa terkecuali.
Ada tiga fenomena dari manifestasi kasih yang sering tampak dalam kehidupan manusia yaitu:
Kasih murni
Adalah kasih yang murni diberikan tanpa ada memandang orang dan tanpa menuntut balas, itulah Kasih Agape, kasih dari Tuhan yang tidak menuntut balas. Kasih ini diberikan tidak hanya dalam lingkungan keluarga ataupun orang yang dikasihi saja namun juga kepada orang lain bahkan juga musuh. Seperti Tuhan mengasihi semua umat-Nya maka kita juga harus mengasihi semua umat Tuhan. Ingat hukum yang utama dan yang terutama : Kasihilah Tuhan Allahmu dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tokoh yang mungkin bisa kita contoh sebagai tokoh kemanusiaan yang memberikan kasih murni tersebut adalah Bunda Theresa.
Kasih semu
Adalah kasih yang diberikan tidak murni namun hanya didasari oleh kondisi dan maksud tertentu saja. Yang dimaksud kondisi tertentu bisa berupa hubungan suami-istri, keluarga, sahabat, rekan kerja. Maksud tertentu bisa karena ikatan bisnis dan kepentingan yang menguntungkan salah-satu atau kedua belah pihak. Kasih jelas sekali tampak saat masa kampanye pejabat ataupun wakil rakyat. Pada saat kampanye mereka kelihatan sangat memperhatikan orang lain, sering memberi bantuan sosial. Namun setelah mereka menduduki jabatannya mereka sering melupakan orang-orang yang telah membantunya.
Tidak ada kasih.
Tidak ada kasih, mungkin itu yang paling sering tampak dalam kehidupan manusia. Kejahatan dan penistaan umat manusia sering sekali kita saksikan, baik secara langsung maupun melalui media televisi maupun surat kabat/majalah. Pembunuhan, penganiayaan, perampokan, pemerkosaan, penipuan sering menjadi tajuk utama berita televisi maupun surat kabar/majalah. Tidak hanya dari kalangan rakyat kecil tapi kalangan pejabat dan masyarakat golongan elit pun tidak sedikit yang mendiami penjara karena kejahatan yang dilakukannya. Yang lemah semakin ditindas, yang miskin semakin dizalimi, yang bodoh semakin diperbudak. Ketidakadilan dan kesewenang-wenangan semakin merajalela dalam kehidupan manusia saat ini.
Berbicara mengenai ketidakadilan umat Kristen di Indonesia sering sekali menghadapi persoalan yang sangat menyedihkan. Masih ingat persoalan penutupan gereja HKBP Binjai Baru sekitar bulan April 2008 lalu ? Jemaat Kristen di Gereja HKBP Binjai Baru terancam tidak dapat mengikuti kebaktian karena gereja yang sedang mereka bangun mendadak hendak dibongkar oleh Pemko Binjai. Rencana pembongkaran berawal dari permintaan puluhan ibu-ibu yang mengaku dari umat beragama lain yang terletak di sekitar gereja tersebut. Permintaan tersebut langsung dengan sigap ditanggapi oleh Pemko Binjai dengan membawa kendaraan berat untuk membongkar gereja tersebut. Namun umat Tuhan yang setia ternyata telah menunggu di depan gereja untuk menghalangi niat Pemko Binjai tersebut yang akhirnya mengurungkan niat mereka.
Lalu siapakah yang salah dalam persoalan ini ? Belum jelas diketahui letak permasalahannya. Namun informasi yang jelas adalah bahwa ijin pembangunan gereja tersebut masih belum dikeluarkan oleh Pemko Binjai. Entah alasan apa yang membuat mereka tidak/belum mengeluarkan ijin tersebut padahal rencana pembangunan gereja tersebut sudah mentaati Perber (Peraturan Bersama) Mendagri dan Menteri Agama tentang persyaratan mendirikan rumah ibadah dan juga telah mendapat izin dari FKUB setempat. Rasanya tidak ada alasan bagi Pemko Binjai untuk menolak perijinan pembangunan gereja tersebut. Penundaan ijin pembangunan gereja hanya akan menimbulkan persepsi adanya unsur-unsur tertentu diluar peraturan yang ada. Hal tersebut hanya akan menimbulkan pendapat bahwa masih ada diskriminasi warga negara dalam menjalankan ibadahnya.
Lalu bagaimana sikap kita sebagai umat Kristen menyikapi permasalahan tersebut? Seperti penjelasan diatas maka kita haruslah menerapkan azas kasih dalam menyikapinya. Kita harus rendah hati, tunjukkanlah kepada umat beragama lainnya bahwa umat Kristen dalam setiap persoalan haruslah bersikap rendah hati. Dengan bersikap rendah hati maka secara tidak langsung kita akan menunjukkan kepada umat beragama lainnya siapakah yang tinggi hati. Kita juga harus bersikap lemah lembut, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Balaslah kejahatan dengan kebaikan. Doakan agar mereka sadar akan kekeliruan yang telah mereka lakukan. Sadar bahwa yang mereka zalimi adalah juga umat Tuhan yang sama-sama menyembah Tuhan yang sama. Jika mereka menyakiti umat Tuhan lainnya maka secara tidak langsung mereka juga akan menyakiti umatnya sendiri. Bersikap lemah lembutlah pada semua orang, itulah yang ingin kita ajarkan kepada umat beragama lainnya. Kelemahlembutan tersebut harus diikuti dengan kesabaran. Sabar berarti kita tidak terpancing emosi dalam menerima kesewenangan yang kita alami. Kita harus menyikapinya dengan sabar yang berlandaskan kasih. Emosi hanya akan membuat permasalahan menjadi lebih besar dan pada akhirnya akan menimbulkan konflik yang tidak baik bagi kerukunan umat beragama. Ketiga sifat tersebut kita tunjukkan dalam bentuk kasih dalam hal saling membantu. Siapakah yang perlu kita bantu ? Semua orang harus kita bantu namun yang terutama adalah saudara seiman kita. Aksi damai yang telah ditunjukkan umat HKBP dan simpatisan lainnya dalam menyikapi permasalahan tersebut sudah sangat tepat. Aksi damai akan membuat kerukunan umat beragama tetap terjaga baik. Seperti halnya Paulus yang menyikapi pencobaan yang dihadapinya dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar yang akhirnya membawa kemenangan padanya. Maka kita juga harus yakin bahwa persoalan HKBP Binjai Baru jika kita bawa dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar maka akan membawa kemenangan bagi umat Kristen.
Namun diatas itu semua permasalahan inti harus tetap diselesaikan yaitu mengurus perijinan pembangunan gereja tersebut. Pihak Pemko Binjai juga harus bersikap terbuka dan proaktif dalam menyikapi permasalahan tersebut. Tunjukkanlah bahwa tidak terjadi diskriminasi dalam kebebasan beragama di Indonesia khususnya di kota Binjai. Apalagi Walikota Binjai Bapak Ali Umri SH, MKn adalah Ketua DPP Golkar Sumatera Utara, salah satu partai terbesar di Indonesia, harus menunjukkan bahwa Golkar tidak mengenal diskriminasi umat beragama. Bahkan dalam beberapa kampanyenya menjelas Pilgubsu beberap waktu lalu Bapak Ali Umri mengatakan sangat mendukung kerukunan umat beragama yang ada di Sumatera Utara. Buktikan bahwa kampanye tersebut bukanlah kasih semu, yang hanya ditunjukkan untuk kepentingan tertentu. Jika kepentingan tersebut sudah berlalu maka berlalu pulalah janji-janji tersebut. Hal tersebut akan menunjukkan manusia seperti apakah kita. Apakah hanya manusia pengumbar janji semata? Atau manusia yang penuh kasih murni.
Hidup memang penuh dengan dosa dan kejahatan dan Tuhan memang telah mengingatkan kita akan hal tersebut. Namun Tuhan juga mengatakan bahwa kita umat-Nya juga telah dikaruniai-Nya dengan kasih melalui Anak-Nya Yang Tunggal Yesus Kristus. Penderitaan yang dialami Yesus Kristus dari mulai kelahiran hingga kematian-Nya kiranya dapat kita manifestasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dia tidak membalas musuh-musuh-Nya dengan kejahatan. Saat disalib Dia malah berujar "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Kasihilah musuhmu dan lakukanlah yang baik untuk semua orang. Itulah yang membedakan kita sebagai Umat Kristen dibanding dengan umat beragama lainnya. Kiranya Tuhan memberkati kita dalam pelayanan hidup kita sehari-hari. Amin.
Nama : Levi (081265104389, 6620713)
Gereja: GKPA Medan Timur, Jl.Pelita II No.56 Medan
PENJALA IKAN MENJADI PENJALA MANUSIA
(Lukas 5 : 1 – 11)
1. Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. 2. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. 3. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. 4. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon : "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." 5. Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jalan juga." 6. Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. 7. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. 8. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata : "Tuhan, pergilah dari dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." 9. Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; 10. demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon :"Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." 11. Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

Ada sebuah pepatah bijak yang mengatakan, " Tuhan, beri aku kemampuan untuk menerima yang tidak dapat kuubah dan mengubah apa yang bisa kuubah, dan beri aku kebijaksanaan untuk membedakan keduanya."
Ada banyak hal yang tidak dapat kita ubah dalam hidup kita. Misalnya saja : kita tidak dapat mengubah warna kulit kita dan kita juga tidak dapat memilih siapa orangtua kita. Karena hal-hal tersebut bersifat biologis, artinya telah kita dapatkan sejak kita lahir dan sudah menjadi identitas phisik diri kita. Hal-hal seperti itulah yang tidak dapat kita pilih dalam hidup ini.
Tapi, bagaimana bila alternatif pilihan itu adalah hidup yang berhasil dan hidup yang gagal ? Dengan gampangnya kita pasti akan memilih hidup yang berhasil, bukan ? Mungkin, atau bisa dikatakan pasti bahwa semua manusia di dunia ini akan memilih hidup yang berhasil.
Lalu bagaimana dengan ungkapan bahwa hidup ini harus memilih ? Kita memilih hidup ini, kita akan belajar dari Petrus.
Mari kita lihat kembali nats kita di atas. Pada saat Tuhan Yesus berada di pantai danau Genesaret, nelayan-nelayan di tempat itu sedang membasuh jalanya, dan Ia melihat mereka. Wajah mereka muram dan diliputi kekecewaan. Bagaimana tidak ? Semalam-malaman mereka telah menjala ikan. Namun, tak seekor pun ikan mereka dapatkan (ayat 5). Padahal bukan kali ini saja mereka menjala ikan. Mereka telah makan asam-garam dalam soal jala-menjala. Jadi, bagaimana mungkin mereka gagal pada hari itu ? Pikiran itu terus menerus memenuhi benak Petrus. Bahkan hal itu dikatakannya setelah ia mendengarkan pengajaran Yesus di atas perahunya sendiri. Bayangkan, melihat kondisi saat itu, dimana Yesus berdiri di atas perahu Simon Petrus, maka gambaran yang dapat kita tangkap adalah bahwa Petrus lah yang paling dekat mendengarkan semua pengajaran Yesus. Namun justru hatinya belum bisa dan gundah gulana karena hari itu dia tidak mendapat ikan. Hal tersebut merupakan gambaran hidup kita manusia. Kita sering mendengarkan firman Tuhan, bahkan beberapa diantaranya turut aktif dalam pelayanan firman itu sendiri. Namun disaat tantangan hidup menerpa kita, di saat cobaan merongrong kita, kita sering lupa akan pengajaran yang telah diberikan Yesus kepada kita.
Yesus yang saat itu sedang mengajar orang banyak di tepi pantai itu menghampiri salah satu perahu. Ia menaiki perahu Petrus dan menyuruhnya menolakkan perahunya sedikit menjauh dari pantai. Ia mengajar orang banyak di perahu itu. Kemudian Dia berkata, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan" (ayat 4).
Apabila kita menjadi Petrus, bagaimana perasaan kita pada saat itu ? Terlebih dahulu harus kita selami jiwa Petrus pada saat itu. Petrus adalah seorang nelayan, dan bagi nelayan, tidak mendapatkan ikan adalah sebuah malapetaka. Nelayan berbeda dengan petani. Jika petani panennya gagal, maka dia mungkin masih mempunyai persediaan di lumbung yang masih bisa mencukupi kebutuhannya untuk beberapa hari. Namun bagi nelayan, hal itu sulit terjadi. Ikan termasuk bahan pokok yang masa penggunaannya singkat. Jika beras/gandum bisa disimpan cukup lama, namun tidak demikian dengan ikan. Jadi, tidak mendapatkan ikan bagi Petrus, sama halnya dengan tidak mendapatkan nafkah hidup pada hari itu. Lalu, tiba-tiba ada seseorang yang menyuruh Petrus untuk kembali menjala. Bayangkan saudaraku, Yesus, yang adalah putra seorang tukang kayu, dan dalam masa mudanya juga hidup sebagai tukang kayu, tiba-tiba mencoba mengajari Petrus yang telah banyak makan asam-garam dalam soal menjala ikan. Kalau dalam kehidupan kita mungkin kita sudah kesal dan marah "Eh, anak kemarin sore sudah sok ngajarin saya !"
Tapi tidak dengan Petrus, Ia bahkan tetap memnuhi perkataan Yesus. Dan Yesus sepertinya tidak peduli dengan kekesalannya. Hal ini juga menjadi gambaran yang sering terjadi dalam hidup kita. Pada waktu kita memiliki beban masalah yang tidak segera terselesaikan, biasanya kita berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita. Bukankan kita telah berusaha dan juga berdoa berkali-kali meminta pertolongan-Nya? Mengapa dia tidak segera menolong kita ? Bahkan di saat kita belum dapat menyelesaikan satu perkara, sudah timbul lagi perintah lain yang harus kita lakukan.
Namun saudaraku, dari Petrus kita dapat belajar, bahwa Tuhan akan setia membuka jalan bagi kita. Dari Petrus kita dapat belajar, bahwa dengan mengikuti perintah Tuhan, walau dalam masa yang sulit, justru Tuhan memberikan jalan keluar bagi penyelesaian masalah kita. Petrus yang tadinya gusar karena tidak mendapatkan ikan, dan semakin kesal karena Tuhan menyuruhnya menjala kembali, ke tempat yang sama dimana dia tidak mendapatkan ikan, namun justru Tuhan memberikan penyelesaian bagi masalahnya, di tempat yang sama dimana dia mendapatkan masalah.
Sering sekali dalam kehidupan ini kita mencoba lari dari permasalahan yang kita hadapi. Karena tata ibadah dan khotbah yang kurang berkenan, kita lari dari gereja kita dan mencari gereja lain. Karena tidak senang dengan omongan orang yang menyakitkan kita, kita lari dari perkumpulan yang telah terbina baik selama ini. Kita akan terus berlari tanpa bisa menyelesaikan permasalahan itu sendiri. Dari Petrus kita belajar bahwa permasalahan bukan untuk dihindari namun untuk dihadapi.
Setelah membawa perahunya ke tangah, Simon menceritakan kekecewaannya, :Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (ayat 5).
Inilah kunci sukses seorang pekerja yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita saat ini. Petrus menjadi berhasil karena ia mengikuti perkataan Yesus. Meskipun keletihan menyelimuti seluruh tubuhnya, kegagalan dan kekecewaan menyelubungi pikirannya, ia tetap bekerja keras melebihi orang kebanyakan. Ia tidak bersikap reaktif/negatif dengan kondisinya, tapi proaktif/ positif dengan bersedia mendengar dan menerima anjuran dari pihak lain. Jika Anda ingin seperti Petrus, Anda harus bersedia bekerja melebihi standar umum sehingga hidup kita menjadi berkat.
Selanjutnya dalam ayat 6 dan 7 kita dapat membaca "Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan sehingga hampir tenggelam".
Seorang yang sukses bersedia membagi hidupnya dengan orang lain. Ketika jalanya dipenuhi ikan, Petrus membagi ikan-ikan itu kepada rekan-rekannya. Seandainya saat itu Petrus tidak mau berbagi ikan hasil tangkapannya, peristiwa apa yang mungkin bisa menimpa dirinya ? Perahunya mungkin saja tenggelam karena terlalu berat beban yang harus ditanggungnya. Jika itu yang terjadi, ikan hasil tangkapannya pun akan kembali ke lau dan ia mungkin tenggelam bersama perahunya. Namun, kejadian tragis itu tidak menimpa dirinya karena ia mau berbagi. Banyak orang rakus dalam hidupnya, memiliki sendiri kekayaan yang dimilikinya tanpa mau berbagi dengan orang lain. Padahal kekayaan yang didapatnya tersebut adalah dari Tuhan.
Setelah mendapatkan hasil tangkapannya yang luar biasa tersebut, mereka menjadi sangat takjub. "Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata " Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap" (ayat 8-9).
Kesuksesan Petrus akhirnya dapat dinikmati oleh semua orang. Namun Petrus tidak sombong dengan hal tersebut, justru sebaliknya. Petrus menyadari bahwa dia tidak layak menerima kelimpahan tersebut, karena ia orang yang berdosa. Semula ia meremehkan Tuhan. Sebelum dia mendapatkan ikan yang berlimpah tersebut, dalam hatinya Petrus masih belum yakin bahwa yang dilakukannya saat itu akan membawa hasil. Walau dia pun melakukan apa yang dilakukan Tuhan saat itu namun secara manusiawi dia masih belum yakin. Tapi setelah mukjizat terjadi ia menjadi mengagumi kebesaran-Nya.
Apakah dalam kehidupan kita, kita pernah melakukan seperti apa yang dilakukan Petrus saat dia tersungkur dan mengakui bahwa dia adalah orang yang berdosa, dan tidak layak mendapatkan berkat Tuhan ? Justru manusia sering tidak melakukan hal tersebut. Manusia merasa bahwa berkat yang diterimanya adalah berkat usahanya sendiri. Atapun jika dia merasa bahwa itu adalah berkat dari Tuhan, manusia merasa bahwa berkat itu adalah hal yang wajar karena dia telah memenuhi semua perintah Tuhan. Namun siapakah diantara kita yang pernah menyadari dosanya, walau dia mendapat berkat dari Tuhan ? Sering sekali jika kita mendapatkan berkat, kita melupakan dosa kita. Kita merasa bahwa berkat tersebut adalah penghapus dosa. Apakah kita bersedia mengakui dosa kita di hadapan Tuhan ? Kita sering kali pandai berkata-kata, tapi tidak pandai untuk melakukan. Inilah salah satu dosa kita. Kita pergi berkebaktian, duduk di gereja selama berjam-jam, tapi ketika kita pulang kita tidak tahu isi khotbah yang disampaikan oleh pendeta, dan kita tidak tahu apa yang diharapkan Tuhan dari kita melalui khotbah tersebut.
Dalam ayat selanjutnya disebutkan "Demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon : "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. (Ayat 10-11)
Bagaimana dengan Petrus ketika ia diutus Yesus untuk meninggalkan pekerjaannya dan pergi untuk "menjala" manusia? Setelah ia menerima perubahan, ia bersedia meninggalkan semua miliknya dan pergi mengikuti Yesus. Ini adalah sebuah pilihan yang telah diambilnya.
Kita tidak diharuskan mengikuti jejak Petrus menjadi pelayan Tuhan. Maksudnya adalah kita harus meninggalkan semua masa lalu di belakang kita, semua penderitaan, dosa dan perbuatan tidak baik lainnya yang mengkungkung kita selama ini. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kita semua mempunyai talenta yang telah diberikan Tuhan kepada kita masing-masing. Manfaatkanlah semua talenta tersebut untuk melayani Tuhan dalam kehidupan kita masing-masing. Itulah pelayanan hidup kita yang diinginkan oleh Tuhan,
Meninggalkan semua milik kita dan mengikuti Yesus adalah perjalanan menuju kemerdekaan. Pada saat itulah kita mulai meninggalkan semua masa lalu kita. Kita harus berubah menjadi sesuatu yang baru. Sesuatu yang kemilau bagai mutiara. Jangan mau terikat dengan pasir kekecewaan. Jangan mau dihalangi oleh kerikil penderitaan, dan gunung-gunung kebencian. Pilihlah hidup yang merdeka dalam Tuhan.
Semoga Tuhan selalu menyertai kehidupan kita sekalian. Amin !
(LOZP)

BANGKITLAH, MENJADI TERANGLAH


"Bangkitlah, menjadi teranglah"
(Yesaya 60 : 1)
Disaat kita memasuki awal tahun baru setiap tahunnya maka ada nuansa baru yang meliputi diri kita. Nuansa yang membawa kita kepada suatu hal dan situasi/kondisi yang baru dibandingkan dengan tahun yang sudah kita lewati. Mengapa ? Padahal saat itu yang terjadi sebenarnya hanyalah pergantian hari, sama halnya seperti yang terjadi setiap harinya. Saat itu yang terjadi hanya pergantian hari dari hari Sabtu menjadi hari Minggu. Saat itu yang terjadi hanya pergantian tanggal dari tgl. 31 Desember menjadi tgl.01 Januari. Tidak ada bedanya dengan perubahan hari maupun tanggal lainya. Apakah pergantian pada setiap harinya juga kita rayakan seperti itu. Apa yang membedakannya ?
Yang membedakannya adalah adanya pergantian tahun. Dalam kehidupan manusia, hampir disetiap perhitungan/penanggalan diukur dengan satuan tahun. Tahun kalender, tahun anggaran, dsb. Jika melewati batas penanggalan tahun yang ditentukan maka dilakukan evaluasi dan instropeksi terhadap tahun yang baru dilewati dan segera melakukan rancangan untuk tahun baru yang berjalan.
Bagi umat Kristiani, pergantian tahun setiap tahunnya ditandai dengan acara syukuran, baik di rumah-rumah ibadah ataupun di rumah masing-masing jemaat. Disaat itulah berkumpul sesama orang percaya di dalam Kristus untuk bersama-sama mengucap syukur atas pernyataan Tuhan bagi mereka di tahun yang baru mereka lewati. Saat itu juga dilakukan acara perenungan dan instropeksi serta saling memaafkan kesalahan yang dilakukan di tahun lalu serta saling menguatkan dan mendoakan agar Tuhan selalu menyertai langkah kehidupan kita di tahun yang akan kita jalani.
Lalu bagi kita umat Kristiani, apakah arti dari pergantian tahun tersebut ?
Begitu kita memasuki tahun baru maka yang terucap pertama sekali adalah ucapan syukur kepada Tuhan karena kita telah diberkati Tuhan dengan selamat menjalani tahun yang telah kita lewati dan diperkenankan Tuhan memasuki tahun baru yang akan kita jalani ini. Tuhan memperkenankan dan melayakkan untuk mendapat bagian kehidupan yang telah disiapkan Tuhan bagi kita di tahun 2006 ini. Tidak semua orang diperkenankan Tuhan untuk memasuki tahun yang telah dipersiapkan-Nya tersebut. Ada yang terhenti karena faktor penyakit, usia, kecelakaan dan beberapa sebab lainnya. Tuhan telah menyiapkan kita semua untuk sama-sama berperan dalam perjalanan kehidupan tahun 2006 ini.
Tuhan telah memilih kita untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan dan dalam kebenaran yang kita percayai, sehingga kita memperoleh kemuliaan dalam Yesus Kristus, Tuhan kita. Oleh sebab itu sebagai orang-orang yang telah dipercayai, maka kita haruslah berdiri teguh dan tetap berpegang pada ajaran-ajaran yang telah diberikan Tuhan kepada kita.. Dan janganlah takut, sebab Tuhan akan selalu menguatkan kita dalam pekerjaan yang telah direncanakan-Nya untuk kita. Dia akan selalu menaungi dan menghibur kita, sehingga kita akan tetap berdiri teguh dalam menghadapi segala pencobaaan dan tantangan yang akan menghadang kita.
Oleh sebab itu sudah selayaknya kita mengucapkan syukur kepada Tuhan atas berkat-Nya tersebut.
(Kolose 1 : 12-13, II Tesalonika 2 : 13-17).
Bagi kita umat Kristen, pergantian tahun tersebut juga merupakan bukti pembaharuan yang diberikan Tuhan kepada kita. Pembaharuan tersebut hanya berasal dari Tuhan dan bukan dari manusia. Pembaharuan yang ditandai dengan adanya pertobatan, seperti yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis yang tertulis dalam Kitab Markus 1 : 4 : "demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu"
Yohanes Pembaptis sesungguhnya adalah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata : "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun : Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya." (Yesaya 40 : 3). Yohanes Pembaptis disiapkan Tuhan untuk membuka jalan bagi Kristus yang datang untuk menghapus dosa manusia dan memberikan pembaharuan bagi kita. Bagaimanakah pembaharuan itu dapat kita miliki ? Apakah pembaharuan tersebut langsung kita miliki ? Tidak, sama sekali. Pembaharuan tersebut terjadi dimulai dengan adanya pertobatan. Tanpa adanya pertobatan maka pembaharuan dari Tuhan tersebut tidak akan pernah terjadi. Pertobatan yang dilakukan juga haruslah pertobatan total, jangan setengah-setengah. Kita harus membuang semua sifat-sifat buruk dalam kehidupan kita. Dan setelah kita melakukan pertobatan tersebut dan telah menerima pembaharuan dari Tuhan maka hati yang telah baru tersebut harus terus diisi dengan Firman Tuhan. Jika tidak, maka hati yang baru tersebut akan kosong dan rapuh sehingga mudah untuk kembali lagi dimasuki oleh roh-roh jahat pembawa sifat-sifat buruk, dan akhirnyapun kita akan kembali jatuh ke dalam dosa. (Matius 12 : 43-45)
Pembaharuan berarti menjadi suatu yang baru, beda dengan yang lama. Pembaharuan yang dari Tuhan berarti kita hidup dalam persekutuan dengan Tuhan. Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Orang-orang yang tidak mengenal Tuhan hidup dalam kesia-siaan. Pengertian mereka gelap, jauh dari persekutuan dengan Tuhan, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan mereka sendiri. Kedegilan hati mereka menyebabkan perasaan mereka telah tumpul. Mereka tidak lagi memiliki rasa cinta dan kasih sayang, karena mereka telah menyerahkan diri mereka keapda hawa nafsu dan mengerjakan segala sesuatunya dengan serakah dan kecemaran. Namun orang yang hidup di dalam Tuhan dan telah mengenal dan menerima pengajaran dari Kristus akan diperbaharui di dalam roh dan pikirannya. Tidak ada dusta dalam diri mereka karena mereka akan berkata benar seorang kepada yang lain. Tidak mengumbar dan memendam amarah dalam setiap perkataannya. Orang yang mengenal Kristus akan hidup dalam kebenaran dan kekudusan. Mereka akan mencari nafkahnya dengan jalan yang baik yang diinginkan Tuhan. Mereka tidak mencuri, namun ia akan bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia juga dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Orang yang hidup dalam Kristus tidak akan mengeluarkan pikiran dan perkataan yang kotor, tetapi pikiran dan perkataan yang baik, supaya setiap yang mendengarnya akan beroleh kasih karunia. Orang yang hidup dalam Kristus akan menghilangkan segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah dan kejahatan dari hidupnya. Dan ia akan selalu bersikap ramah terhadap orang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana juga Kristus mengajarkan kita untuk mengampuni sesama kita manusia.
(Efesus 4 : 17-32)
Pembaharuan tersebut juga bisa diartikan sebagai terang yang bersinar dalam kegelapan. Dengan pembaharuan tersebut umat Kristiani diharapkan menjadi terang dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan di keluarga, masyarakat, terutama di hadapan Tuhan. Sebuah terang akan memberi manfaat bagi orang lain disekitarnya. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terah yang memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan serta kebenaran. Terang akan menguasai kegelapan, bukan malah sebaliknya. Oleh sebab itu janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Jadilah terang yang bersinar terus, menerangi kegelapan yang ada, karena kegelapan akan terus menjadi musuh kita. Kegelapan akan terus mencoba menutupi terang tersebut, karena terang itu telah mempermalukan kegelapan. Kegelapan akan terus mencari upaya untuk menutupi terang. Kegelapan akan menggunakan segala cara agar terang itu tidak menyorotinya lagi. Oleh sebab itu anak-anak terang akan menemui tantangan di dalam kehidupannya. Anak-anak terang akan dikelilingi kegelapan yang setiap waktu siap menutupi terangnya. Oleh sebab itu anak-anak terang tidak hanya bersinar terang, namun juga harus mengetahui kegelapan yang ada disekitarnya. Anak-anak terang harus bisa mengantisipasi setiap usaha kegelapan yang berupaya menutupi terangnya. Anak-anak terang harus memahami betul sisi kegelapan yang melingkupinya serta mengetahui cara mengatasinya. Dengan demikian anak-anak terang akan selalu kuat menghadapi setiap usaha kegelapan yang berupaya menutupi terangnya. Untuk itu anak-anak terang harus dibekali dengan bahan bakar yang akan membuatnya selalu terang. Anak-anak terang harus terus dibekali dengan Firman Tuhan dan menjalankannya dalam kehidupan mereka. Karena itu sebagai anak-anak terang, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif. Pergunakanlah waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, jangan buang waktumu dengan percuma. Janganlah kita menyesatkan diri kita dalam perbuatan gelap, tetapi justru kita harus penuh Roh Tuhan. (Efesus 5 : 8-21)
Pembaharuan tersebut juga diartikan sebagai suatu upaya kebangkitan. Sama seperti Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, maka kita juga telah bangkit dari "kematian" yaitu dosa kita dan hidup dalam kehidupan yang baru (Roma 6 : 4). Umat Kristiani diharapkan juga dapat bangkit dari kondisi lamanya, yaitu kondisi kejatuhan, baik kejatuhan dalam hal materi maupun rohani menuju kehidupan yang baru. Umat Kristiani diharapkan dapat bangkit dan mengatasi segala kesulitan yang melanda kehidupannya, terutama kesulitan yang melanda negeri kita saat ini. Bukan hanya dalam hal ekonomi, sosial dan politik, namun umat Kristiani juga disulitkan dengan upaya beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab yang coba menteror kehidupan beragama umat Kristiani seperti upaya teror bom di rumah ibadah serta pelarangan ibadah dan perusakan gereja-gereja. Semua konspirasi tersebut ditujukan tidak lain hanya untuk mengganggu ketentraman peribadatan kita. Namun pembaharuan yang telah diberikan Tuhan kepada kita adalah merupakan suatu kebangkitan bagi kita untuk mengatasi seluruh tantangan tersebut. Tantangan tersebut seperti maut yang setiap saat dapat membunuh kehidupan kerohanian kita. Maka sama halnya seperti Kristus yang telah bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi dan maut tidak berkuasa lagi atas Dia, maka tantangan tersebut pun tidak akan berarti bagi kita, selama kita telah hidup baru dengan Kristus. (Roma 6 : 9)

Renungan kita pada hari ini mengajarkan kita beberapa hal penting yang harus kita ingat, yaitu :
Mengucap syukur atas penyertaan Tuhan di tahun yang baru kita lewati.
Begitu kita memasuki tahun baru maka ucapan syukur pantas kita panjatkan kepada Tuhan karena tanpa pertolongan dan rahmat daripada-Nya kita tidak akan dapat melewati tahun yang telah kita lalui. Meskipun jika pada tahun tersebut kita mengalami kesedihan/kedukaan/musibah namun hendaklah ucapan syukur harus tetap kita panjatkan karena kita masih diberi nafas kehidupan.
Melakukan perenungan dan instropeksi terhadap perbuatan/peristiwa yang telah kita lewati.
Kita merenungi segala perbuatan ataupun peristiwa yang telah kita lakukan ataupun alami di tahun yang baru kita lewati. Apakah perbuatan kita tersebut telah menyenangkan hati Tuhan dan sesama manusia ? Jika belum menyenangkan hati Tuhan dan sesama manusia, segeralah lakukan instropeksi/perbaikan untuk kedepannya. Segala peristiwa yang kita alami maupun kita saksikan juga merupakan bahan perenungan dan instropeksi yang baik dalam menyiapkan langkah/rencana yang kita butuhkan dalam menjalani tahun baru.
Membuat rencana perbaikan
Semua perenungan dan instropeksi tersebut menjadi rencana perbaikan yang dapat menjadi pedoman bagi kita dalam menjalani tahun baru yang mulai kita jalani ini. Pedoman yang sangat berharga dalam menimbang setiap perbuatan kita, apakah kita sudah menyenangkan Tuhan dan manusia atau belum.
Memohon kepada Tuhan agar selalu menyertai kita dalam menjalani tahun yang berjalan.
Segala rencana dan perbuatan kita tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya penyertaan dari Tuhan. Tahun yang baru kita lewati dapat dijalani dengan baik oleh sebab adanya penyertaan Tuhan di dalam kehidupan kita. Dan kita masih harus dan akan selalu membutuhkan penyertaan Tuhan dalam setiap langkah kehidupan kita. Oleh sebab itu berserah dirilah dan mohon penyertaan Tuhan agar kita dapat menjalani tahun baru ini dengan baik.

Dan sebagai umat-Nya dalam fungsi pelayanan kita sehari-hari maka kita harus selalu melakukan :
Pertobatan
Pembaharuan tidak akan terjadi tanpa adanya pertobatan.. Dan pertobatan yang diinginkan Tuhan adalah pertobatan total, tidak setengah-setengah.. Pertobatan total tersebut akan menyiapkan sebuah hati yang baru bagi kita yang akan dimasuki oleh Roh Tuhan.
Mengisi hati yang baru dengan Firman Tuhan
Hati yang baru tersebut harus selalu dipenuhi Firman Tuhan. Karena jika tidak, maka hati yang kosong tersebut akan kembali dipenuhi oleh roh jahat pembawa nafsu dan dosa yang akan membawa kita kepada keadaan yang lebih buruk lagi.
Menjadi sesuatu yang baru.
Pembaharuan membawa kita menjadi sesuatu yang baru, lain dari sebelumnya. Perbuatan yang baru, perbuatan di dalam Tuhan, beda dengan perbuatan lama yang berada di dalam dosa. Harus tampak jelas perbedaan perbuatan kita setelah menjadi baru, dengan perbuatan sebelumnya.
Menjadi terang
Pembaharuan menjadikan kita sebuah terang yang menerangi kegelapan di sekitar kita. Terang yang menelanjangi perbuatan gelap orang lain di sekitar kita dan terang yang membawa kebaikan bagi setiap orang. Namun terang tersebut harus mengantisipasi segala upaya yang dilakukan oleh kegelapan yang berupaya untuk menutupi terang tersebut.
Mengalami Kebangkitan
Pembaharuan juga membawa kita kepada suatu kebangkitan. Kebangkitan dari kejatuhan yang menimpa kita sebelumnya. Kebangkitan dalam Kristus akan memberi kekuatan bagi kita dalam menghadapi setiap tantangan kehidupan yang melanda kita. Sama seperti Kristus yang bangkit dan tidak dapat lagi dijamah oleh maut, maka kita juga yang telah dibangkitkan dalam Kristus tidak akan dapat lagi dijamah oleh maut dunia yaitu cobaan dan tantangan yang bisa membunuh kehidupan rohani kita.

Dan dalam kehidupan kita sehari-hari, Tuhan mengharapkan agar kita dapat selalu bangkit dan menjadi terang dalam kehidupan kita. (Yesaya 60 : 1). Sebab kebangkitan dan terang Tuhan telah terbit di atas kita dan yang menjadi kekuatan bagi kita untuk dapat bangkit dan menjadi terang Tuhan di dalam kehidupan kita. Dunia saat ini telah dipenuhi dengan beragam pencobaan dan tantangan yang siap menghadap pelayanan kita sebagai umat Tuhan yang memberi terang dalam kehidupan. Pencobaan dan tantangan tersebut juga telah membuat kita jatuh dalam dosa dan keterpurukan hidup. Namun pembaharuan yang diberikan Tuhan membuat kita bangkit dan menjadi sesuatu yang baru dan menjadikan kita terang dunia.
Kiranya kasih setia Allah Bapa dan damai yang diberikan Anak-Nya Yesus Kristus serta penyertaan daripada Roh Kudus melindung kita semua dalam menjalani Tahun Baru 2006 ini. Amin !





Data Penulis :
Nama : St.Levi Otto Zimmerman Pasaribu,SE.
Alamat : Jl. Cahaya Gg. Setuju No.10 Medan
Telp. 6620713 HP : 081265104389
BNI 46 Cabang Medan
Jl. Pemuda No.12 Medan
Telp. 4538166 Ext. 8117
Gereja : Gereja Kristen Protestan Angkola
Jalan Pelita II No.56 Medan